HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Bom Waktu di Ngronggo: Salatiga Terancam Darurat Sampah, Pengelolaan yang Mandek dan Infrastruktur yang Mandul

Laporan: Muhamad Nuraeni

SALATIGA | HARIAN7.COM – Di balik sejuknya udara pegunungan dan rindangnya pohon-pohon kota, Salatiga menyimpan masalah yang kian membusuk. Adi Nugroho Irianto, aktivis lingkungan hidup, memecah kesunyian dengan sebuah peringatan keras: krisis sampah akan meledak dalam enam bulan ke depan.

Dengan volume sampah harian mencapai 90 ton, kota ini hanya sanggup mengelola sebagian kecilnya. “Saat ini hanya sekitar 20 ton yang bisa ditahan di TPS 3R, itu pun dengan bantuan mesin gibrik yang tersebar di empat titik, salah satunya di Cebongan 1. Satu mesin gibrik maksimal hanya mampu menahan 4 ton sampah,” ungkap Adi, Sabtu, (3/5/2025).

Baca Juga:  Pertandingan PSIS dan Arema FC Sempat Dihentikan Dua Kali Akibat Asap "Flare"

Dalam pantauan Adi, kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngronggo jauh dari kata ideal. Ia menilai, tidak ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diterapkan dengan benar. Bahkan, fasilitas dan sistem yang seharusnya menjadi garda terakhir penanganan sampah di kota ini sudah lumpuh.

Baca Juga:  Ajak Hidup Sehat, Germas Kader Kesehatan Puskesmas Kemangkon Gelar Senam Massal

“Sebagai buktinya, hingga saat ini tidak ada pengolahan sampah yang memenuhi standar TPA. Alat berat seperti backhoe dan buldozer pun sudah tak berfungsi,” jelasnya.

Sorotan tajam itu turut diamini oleh Hartoko, Anggota Komisi C DPRD Salatiga. Ia mengaku pengelolaan sampah di kota ini memang mendesak untuk dievaluasi secara total.

“Kami mendorong Pemerintah Kota Salatiga melalui Dinas Lingkungan Hidup untuk segera mengatasi kondisi overload di TPA Ngronggo. Perlu penanganan serius dan mendesak. Jangan sampai nanti sudah terlambat, lalu kota ini penuh dengan sampah yang menumpuk, kita kebingungan cari solusi,” tegas Hartoko.

Baca Juga:  Keren...! 1.606 Peserta Ikuti Olimpiade Sains 2025 JSIT Jawa Tengah

Jika tak segera dibenahi, bukan tak mungkin Salatiga akan menjadi kota yang terkepung oleh limbahnya sendiri. Dan ketika itu tiba, peringatan yang kini terdengar lirih mungkin sudah tak lagi berguna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!