Masyarakat Dua Desa di Kecamatan Dukun Gelar Aksi Damai Mensikapi Tambang Illegal di TNGM
MAGELANG | HARIAN7.COM – Ratusan masyarakat yang terdiri dari Desa Keningar dan Desa Sumber Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang menggelar Aksi Damai dan Do’a bersama mensikapi adanya penambangan liar di kawasan resapan air terutama di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Pada, Jumat (28/2/2025).
Hal ini dilakukan karena disaat musim hujan, masyarakat merasakan dampak dari penambangan liar di kawasan TNGM. Yaitu air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi warga Desa Keningar, Desa Sumber, Desa Ngargomulyo dan Desa Kalibening menjadi keruh dan tidak layak minum.
Hal ini dikarenakan, tanah kupasan tambang di buang di sepanjang sungai yang berada di aliran-aliran mata air.
“Tidak hanya air minum kami, tapi air pertanian atau irigasi kami juga berdampak,” Ucap Suripto selaku tokoh masyarakat Desa Sumber.
Ia menambahkan, Masyarakat berharap, Menteri Kehutanan, Kepala Balai TNGM, dan instansi yg terkait jangan ikut-ikutan bermain – main dengan alam.
“Sudah lebih dari 1 (satu) tahun praktik penambangan di kawasan TNGM ini, tapi mereka diam saja. Dulu, ada warga yang mencari kayu bakar saja dibawa ke kantor TNGM, sekarang malah pohon pinus terang-terangan di tumbangkan, bawahnya digali pasirnya, padahal bisa di lihat dengan mata telanjang, tapi pemerintah dalam hal ini TNGM kenapa tutup mata,” Tegasnya.
Suripto juga mengaku, Masyarakat sudah melayangkan surat terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto, melalui Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi tentang keluhanya.
“Semoga di dengar oleh beliau-beliau yang ada diatas sana. Kami yakin beliau orang yang berpihak kepada rakyat kecil,” tandasnya.
Di sisi lain, Supratik, salah satu Kepala Dusun (Kadus) di Dusun Sumber menjelaskan bahwa aksi warga keningar dan warga sumber ini karena dampak dari penambangan Hutan di kawasan TNGM.
“Ini hanya menguntungkan segelintir orang, tapi merugikan masyarakat luas,” tuturnya.
Ia juga menyoroti bahwa Jalan Evakuasi yang belum ada satu tahun sudah banyak yang rusak dan berlubang.
“Kalau suatu saat Gunung Merapi erupsi dan jalannya rusak, pasti akan merugikan masyarakat. Kami berharap pemerintah peduli terhadap nasib rakyat kecil,” imbuhnya.
Selain tokoh masyarakat dan warga masyarakat umum, Marsin (61) Seorang Seniman ikut serta mengomentari hal ini. Mereka mengeluhkan bahwa praktik tambang illegal yang berada di kawasan TNGM ini merugikan masyarakat kecil.
“Disamping air minum yang keruh, irigasi pertanian juga ikut terdampak, namun yang paling mengerikan adalah dampak jangka panjang yang akan terjadi,” jelasnya.
Diketahui, Hutan TNGM adalah resapan air bagi masyarakat 5 (lima) desa. Jika daerah resapan di tambang secara membabi buta, masyarakat khawatir kedepan mereka akan krisis air bersih dan munculnya bencana alam lainnya.
Seperti halnya sebagai contoh, Di Klaten, daerah Tlogowatu itu untuk minum dan mandi saja, masyarakat harus beli air. Kami tidak ingin seperti itu, Besar harapan kami, Pemerintah, Aparat penegak hukum, dan instansi terkait untuk menindak tegas, imbuhnya.
Tokoh Budayawan Marsandi (48) juga juga menyampaikan hal senada, bahwa tidak hanya satu penambang yang ada di kawasan TNGM. Tapi ada puluhan perusahaan di kawasan itu.
“Bahkan kami terheran-heran dengan hal ini. Dulu kami mencari rumput saja, diusir oleh petugas TNGM. kok sekarang mereka gak ada yang kelihatan satupun,” beber Marsandi.
Kami tidak benci dengan penambangan. Kami juga tidak anti penambangan, Tapi jangan serakah juga. Mosok lokasi resapan air di rusak, samping makam leluhur kami juga ditambang, tanah kupasan dimasukkan di aliran sungai, jelas ini aksi kesengajaan untuk memprovokasi kami sebagai rakyat kecil untuk bertindak melawan, Tegasnya.
Aksi ini merupakan salah satu jalan akhir. Karena masyarakat sudah melakukan komunikasi dengan beberapa pihak dan hasilnya tidak pernah ada realisasi di lapangan.
Komunikasi ini termasuk kepada pihak penambang dan aparatur pemerintah. Sehingga gelombang aksi seperti ini akan berlanjut, dan akan terus dilakukan oleh warga masyarakat hingga Presiden Prabowo Subianto mendengarkan keluhan warga masyarakat.
“Hal ini akan terus kami lakukan demi anak cucu kami. Kami masyarakat pribumi. Kamilah yg kena dampak pertama kali jika alam marah. Makanya kami akan berjuang walaupun kami tahu siapa yang kami hadapi. Tapi kekuatan rakyat adalah kekuatan Tuhan. Semoga Allah segera menyadarkan mereka untuk mendengarkan keluhan kami,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan