HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Kisah Haru Juru Masak Indonesia di Balik Dapur Haji: “Rasanya Seperti Pulang Kampung!”

MAKKAH | HARIAN7.COM — Suasana haru dan kehangatan menyelimuti Dapur Raghaeb di kawasan Shauqiah, Makkah, saat tim Media Center Haji (MCH) datang meliput proses produksi katering bagi jemaah haji Indonesia. Sambutan ramah diberikan pemilik dan puluhan pegawai dapur. Namun, ada yang membuat kunjungan kali ini terasa sangat spesial.

Beberapa sosok menyambut kami dengan senyum berbeda. Begitu kami menyapa, raut bahagia langsung terpancar. Ternyata mereka adalah juru masak asal Indonesia! Serasa bertemu sanak saudara, percakapan pun langsung mengalir dalam Bahasa Indonesia. Tawa dan nostalgia pun menghiasi obrolan, seolah mereka tengah berada di kampung halaman.

Di balik hiruk pikuk dapur yang sibuk, terdapat enam juru masak WNI yang kini menjadi pahlawan tanpa tanda jasa bagi ribuan jemaah haji Indonesia. Mereka adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang telah mengabdikan diri bertahun-tahun di Tanah Suci.

Baca Juga:  Percepatan Investasi Energi Baru Terbarukan: Solusi untuk Masa Depan Energi Nasional

Salah satunya adalah Muhammad Toha. Pria berusia 42 tahun asal Rangkasbelitung, Banten, ini telah 15 tahun mengolah masakan di Arab Saudi. “Saya telah bekerja di Arab Saudi sebagai juru masak selama 15 tahun,” ungkap Toha saat ditemui Rabu (14/5/2025).

Toha mengaku bangga bisa menjadi bagian dari penyelenggaraan haji. Meski berperan di balik layar, kontribusinya nyata. “Saya merasa bangga dan senang sekali bisa ikut melayani tamu-tamu Allah,” katanya dengan mata berbinar.

Sehari-hari, Toha bekerja di restoran di Jeddah. Namun, tuntutan pekerjaan membuatnya kadang harus berpindah-pindah restoran. Ia menjadi tulang punggung keluarga kecilnya: seorang istri dan putra tercinta. Sayangnya, karena keterbatasan biaya dan waktu, ia hanya bisa pulang dua tahun sekali. “Kalau pulang saya merasa harus bawa uang jajan yang cukup. Jadinya bisa pulang dua tahun sekali saat lebaran,” ujarnya dengan senyum getir.

Baca Juga:  HB FC Salatiga Gasak KOP SS 3-1: Langkah Gemilang di Piala Soeratin U-17

Meski sudah lama tinggal di Arab Saudi, Toha baru sekali berhaji. Tahun ini pun ia belum bisa naik haji karena fokus melayani jemaah. Namun, atmosfer haji sudah cukup membuatnya bersyukur. “Rasanya sudah seperti berhaji,” ujarnya.

Cerita serupa juga datang dari Sahrul, juru masak 38 tahun asal Lombok, NTB. Sudah tujuh tahun ia menekuni profesinya di Arab Saudi. Bagi Sahrul, bisa melayani jemaah haji Indonesia adalah kebanggaan tersendiri. “Saya merasa senang karena bisa berkontribusi dan bisa memberikan manfaat untuk jemaah haji Indonesia,” tuturnya penuh semangat.

Baca Juga:  Bersama Dinas Pendidikan Dan DPRD Kabupaten Magelang, Polresta Magelang Bina Karakter Pelajar SMP

Sahrul mengaku, keahlian memasaknya ia pelajari dari orang tuanya dan pengalaman bekerja di restoran Indonesia. Kini, ia merasa siap memberikan pelayanan terbaik. Harapannya sederhana namun menyentuh: “Semoga jemaah haji merasa puas dengan layanan katering selama di Makkah.”

Di balik piring-piring nasi yang disajikan untuk tamu Allah, ada dedikasi dan pengorbanan luar biasa dari putra-putra bangsa. Mereka mungkin tak tampak di depan kamera, tapi kehangatan dan cinta dalam masakan merekalah yang menyapa ribuan jemaah setiap harinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

TERKINI

error: Content is protected !!