JAKARTA | HARIAN7.COM – Pertemuan itu berlangsung di sela forum tahunan ASEAN+3 Finance Ministers and Central Bank Governors’ Meeting. Di sebuah ruangan yang tenang di Jepang, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bertemu dengan Menteri Keuangan Jepang, Katsunobu Kato, Minggu, 4 Mei 2025.
Agenda mereka: membedah dinamika terbaru dalam lanskap perdagangan global yang kembali bergejolak, kali ini oleh kebijakan tarif Amerika Serikat.
Topik yang dibahas bukan hal baru bagi Jepang. Negeri Sakura itu pernah menghadapi tekanan serupa dari Washington pada era 1980-an. Sri Mulyani menyebut pengalaman itu sebagai cermin yang layak ditengok. “Pengalaman Jepang dalam menghadapi perang dagang dengan AS memberikan perspektif yang sangat berharga dan menjadi referensi penting dalam menyusun langkah ke depan,” ujar Sri Mulyani, dikutip dari laman Instagram @smindrawati, Senin, 5 Mei 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Indonesia, kata Sri Mulyani, kini mengambil posisi proaktif sebagai salah satu negara first mover dalam menjajaki negosiasi tarif dengan AS. Pemerintah telah menyiapkan paket kebijakan yang komprehensif, mencakup hambatan tarif, hambatan non-tarif, serta isu defisit neraca perdagangan yang menjadi perhatian utama AS.
Dalam percakapan itu, Sri Mulyani dan Kato juga menyinggung dampak perang tarif terhadap industri otomotif dan elektronik—dua sektor strategis yang menjadi jantung perdagangan global, terutama di antara AS, Jepang, Tiongkok, dan Eropa.
“Kami sepakat akan pentingnya memperkuat kerja sama perdagangan di kawasan ASEAN. Kami juga sepakat bahwa kedekatan budaya, geografis dan sejarah antara negara ASEAN+3 merupakan fondasi kuat untuk menciptakan stabilitas dan kesejahteraan di kawasan,” kata Sri Mulyani.
Pertemuan singkat itu menjadi bagian dari upaya diplomasi ekonomi Indonesia untuk menjaga kepentingan nasional di tengah dinamika global yang tak menentu.(Yuanta)