HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Apple Terhimpit Panasnya Perang Dagang AS-China, Diprediksi Harga Iphone Bakal Naik 3 Kali Lipat

Editor: Muhamad Nuraeni

BISNIS | HARIAN7.COM – Di tengah eskalasi tensi geopolitik dan ekonomi antara Amerika Serikat dan China, Apple Inc. menghadapi dilema strategis yang bisa mengguncang fondasi bisnis globalnya. Perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu kembali memanas, dengan kedua negara saling memberlakukan tarif balasan yang kian agresif. Dampaknya? Harga iPhone diprediksi bisa melonjak hingga tiga kali lipat, menembus level US$ 3.000.

Dilansir dari AP News, pemerintahan Presiden Donald Trump memperkirakan Apple akan memindahkan basis produksinya ke dalam negeri guna menghindari dampak lanjutan dari tarif impor yang mencapai 145%. Namun, kenyataan di lapangan tak semudah retorika politik.

Baca Juga:  Kejari Salatiga Musnahkan Barang Bukti Kejahatan, Salah Satunya Air Soft Gun

Apple telah mengandalkan China sebagai pusat produksi utama sejak generasi pertama iPhone diluncurkan 18 tahun lalu. Memindahkan operasi manufaktur dari China ke Amerika Serikat bukan hanya soal lokasi, melainkan soal biaya, waktu, dan efisiensi rantai pasok global yang sangat kompleks. Estimasi biaya relokasi mencapai miliaran dolar AS—beban yang berisiko dialihkan ke konsumen.

Jika produksi benar-benar dipindahkan ke AS, harga jual iPhone bisa melonjak drastis, dari sekitar US$ 1.000 menjadi lebih dari US$ 3.000. Sebuah harga yang mungkin tak lagi kompetitif di pasar global. Di sisi lain, meski Trump telah mengecualikan barang-barang elektronik dari daftar tarif resiprokal, ketidakpastian kebijakan masih menjadi ancaman laten.

Baca Juga:  Inilah Rahasia Manfaat Kurma yang Jarang Diketahui

Saat ini, Apple belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait isu ini. Namun, CEO Tim Cook dijadwalkan akan menjawab pertanyaan para analis dalam laporan keuangan mendatang—yang kemungkinan akan menjadi panggung penting untuk menjelaskan arah strategi Apple ke depan.

Kekhawatiran investor pun mulai terlihat. Sejak pengumuman tarif terbaru pada 2 April 2025, saham Apple tercatat turun hingga 15%. Nilai pasar perusahaan juga tergerus hingga US$ 500 miliar, menunjukkan betapa rapuhnya posisi Apple dalam badai dagang global ini.

Baca Juga:  Menuju Pilkada Salatiga 2024: Siapa Unggul di Tengah Dinamika Elektoral? Ini Hasil Survei KRCI

Analis memperingatkan bahwa jika konflik terus berlanjut, Apple tidak hanya terpaksa menaikkan harga iPhone, tetapi juga produk-produk lainnya. Pasalnya, rantai pasok Apple sangat terkonsentrasi di kawasan Asia, termasuk China dan India—yang kini menjadi medan utama dalam pertarungan tarif global.

Di tengah gejolak ini, Apple dihadapkan pada pilihan yang tidak ideal. Bertahan dengan biaya tinggi atau mendesain ulang strategi globalnya di tengah ketidakpastian. Satu hal yang pasti, konsumen dan investor akan menjadi saksi atas bagaimana raksasa teknologi ini mengambil langkah berikutnya dalam medan perang ekonomi dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!