Sebagian Usaha Terpuruk, Namun “Warung Coffe Ndesoo” Justru Berdiri dan Bangkit Diawal Pandemi
Mbak Layin owner Coffee Ndesoo Karangduren |
Laporan: Bang Nur
UNGARAN,harian7.com – Tidak dapat dipungkiri lagi jika perekonomian di Indonesia layaknya dimakan oleh rayap terhadap pandemi Covid-19 ini. Seluruh sektor perekonomian seakan-akan lumpuh karena banyaknya aktivitas yang tertunda.
Sejak awal masuknya virus ini pada bulan Maret 2020 lalu, diyakini jika telah membuat laju pertumbuhan ekonomi melambat bahkan di beberapa negara mengalami defisit atau minus.
Salah satu terdampak adalah yakni pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang mendapat pukulan telak karena masa pandemi Covid-19. Tidak sedikit usaha yang jatuh karena lesunya roda perekonomian selama berbulan-bulan.
Maka berbagai strategi dan inofasi sangatlah penting demi kelangsungan suatu usaha. Di tengah kondisi saat ini, semua berjuang bersama untuk dapat bertahan dan beradaptasi dalam menjalankan kehidupan di masa pandemi.
Namun ada juga yang merintis usaha diawal pandemi. Mungkin pandemi bagi sebagian orang dianggap sebagai momok, mengingat berbagai sektor usaha ambruk. Tak terkecuali usaha kuliner. Namun hal ini justru tidak berlaku bagi Layina Ismawati. Ia justru bangkit dari situasi yang serba sulit ini.
“Awal pandemi saya mulai membuka usaha kuliner rumahan dan alhamdulillah usaha berjalan lancar dan semakin maju,”ungkap wanita yang akrab disapa Mbak Layin, Sabtu (6/11/2021).
Disampaikannya, diawal pandemi ia membuka usaha kuliner rumahan di di RT 27 RW 05, dusun Cabean Kulon Desa Karangduren Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, yang dinamai Warung Coffee.
Sejumlah pengunjung saat menikmati sajian Coffee Ndesoo
|
Memang warung tersebut sepintas dari depan nampak sederhana, dengan halaman parkir yang luas, namun ketika masuk ke dalam tampak bersih ,nyaman dan sudah dilengkapi wifi pula, serta terkenal murah.
“Pandemi membuat saya berfikir kreatif untuk membuka usaha warung ini agar ekonomi keluarga tetap berjalan,”tuturnya.
Dibeberkanya, awal mula merintis usaha tersebut yakni melihat lingkungan sekitar desa, banyak UMKM yang memproduksi makanan, maka konsep yang cocok adalah Warung Ndeso, dengan konsep dan menyajikan menu-menu rumahan khas ndeso.
“Kebetulan saya suka masak dengan resep sendiri dan juga cara penyajian saya sendiri yang khas ndeso termasuk lokasinya tempatnya juga rumah tua yang begitu sangat ndeso makanya saya kasih nama warung
Coffe Ndesoo,”bebernya.
Dijelaskan Mbak Layin, untuk minuman mengapa dinamai Coffee Ndesoo, karena kita menawarkan produk lokal khas Kabupaten Semarang yakni kopi khas Kabupaten Semarang.
“Untuk bahan sebagai minuman kita ambil wilayah Kabupaten Semarang, sehingga rasanya khas daerah tetap kental melekat,”jelasnya.
Layin mengaku sementara ini promonya hanya melalui media sosial dan mulut kemulut saja. Bahkan kerap membuat status di WhatsApp dan facebook pribadi sebagai sarana promosi menawarkan aneka menu baru, sehingga banyak yang penasaran lalu mencobanya.
“Karena satu penasaran jajal iso masak tenan opo ora dan ternyata mereka datang lagi, datang lagi dengan merekomendasikan ke teman temannya , bahkan tempatnya kini sering di pakai untuk rapat rapat kecil kapasitas 10 sampai dengan 50 orang, termasuk untuk pesanan dari lembaga instansi,”tuturnya sembari melayani pembeli.
Ditambahkan Mbak Layin, omset penjualan selama pandemi berjalan normal. Bahkan pernah meraup omset kotor hingga Rp 7 juta sehari.
Mbak Layin menuturkan, selama Covid Coffee ndesoo berjalan tetap mengedepankan protokol kesehatan, mulai dari semua tamu wajib pakai masker cuci tangan bahkan tempat duduk dibuat berjarak, kebetulan lokasinya luas sehingga tidak masalah.
Sementara itu, nama Coffee Ndesoo yang kerap viral di media sosial menarik perhatian Agoes Hasto Oetomo dan rombongan gowes Siroky Salatiga. Belasan goweser ini pun kerap mampir ditempat ini setelah penat bersepeda.
“Saya dan teman teman Siroky sengaja datang menikmati makanan khas masakan mbak Layin,”tutur mantan ketua KPU kabupaten Semarang ini.
Diungkapkan komunitas “SIROKY” atau “Sikil Rodo Kiyeng”, rombongannya rutin gowes setiap hari Rabu dan Sabtu dengan tujuan yang berbeda namun dengan finish selalu dirumah makan Mbak Layin.
Uniknya, tertulis di kaos para goweser “Pantang pulang sebelum madyang”.
Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tinggalkan Balasan