Nguri-Uri Alam: Revitalisasi Desa Lewat Aksi Nyata Eco-Enzyme Mahasiswa UMN dan Spedagi Movement
Laporan: Ratmaningsih
TEMANGGUNG | HARIAN7.COM – Semangat merawat bumi mengalir hangat dari Pasar Papringan, Dusun Ngadiprono, Kedu, Temanggung. Melalui agenda bertajuk Nguri-uri Alam, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) berkolaborasi dengan Spedagi Movement menggelar workshop pembuatan eco-enzyme sekaligus pemantauan progres fermentasi tujuh hari kemudian. Program ini menjadi bagian dari Social Impact Initiative yang melibatkan ibu-ibu warga Dusun Ngadiprono sebagai peserta utama.
Rangkaian kegiatan pertama berlangsung di Area Tanah Merah Pasar Papringan, Minggu (23/11/2025). Peserta belajar membuat eco-enzyme dari limbah organik dapur seperti kulit buah dan sayuran secara langsung dibimbing Farika Usman, aktivis Eco Enzyme Indonesia.
“Pada agenda pertama, para peserta dibimbing langsung Farika Usman, selaku aktivis Eco Enzyme Indonesia. Peserta memperoleh pemahaman menyeluruh mengenai pengolahan limbah rumah tangga khususnya sampah organik nabati menjadi cairan eco-enzyme. Mulai dari belajar mengenai bahan-bahan yang bisa digunakan, proses pembuatannya, hingga manfaat eco-enzyme dalam kehidupan sehari-hari, seperti pembersih perlengkapan rumah tangga alami, alternatif pengobatan, hingga solusi agrikultur,” ujar Elfaretta Felixia mahasiswa Universitas Multimedia usai acara.
Dalam suasana hangat dan akrab, para peserta mengenakan celemek yang dihiasi filosofi Jawa hamemayu hayuwing bawana, ajakan luhur untuk “memperindah keindahan dunia”. Pesan budaya itu selaras dengan misi Nguri-uri Alam, mengolah sampah menjadi berkah dan merawat hubungan manusia dengan alam.
Effaretta menambahkan, sejalan dengan Pasar Papringan dan kehidupan warga Dusun Ngadiprono yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan, kini eco-enzyme dapat menjadi pilihan baru sebagai produk alami untuk mereka gunakan sehari-hari. Hal ini terutama bermanfaat bagi Pasar Papringan, yang biasanya mencuci perlengkapan makan dengan lerak—produk yang menurut Koordinator Kebersihan Pasar Papringan, Ibu Khotimah, sulit diperoleh dan cukup mahal. Dengan eco-enzyme, mereka kini memiliki alternatif pembersih alami yang bisa dibuat sendiri dari sisa buah dan sayur rumah tangga, sehingga lebih hemat dan mudah diterapkan.
Pantau Progres Fermentasi Hari ke-7
Agenda kedua dilakukan tujuh hari setelah workshop, berupa kunjungan langsung ke rumah-rumah peserta untuk memantau progres cairan eco-enzyme. Langkah ini menjadi evaluasi apakah peserta benar-benar menerapkan praktik yang dipelajari.
Pada kunjungan tersebut, tim mengecek takaran bahan, kondisi penyimpanan, dan proses fermentasi. Sebagian besar toples menunjukkan perkembangan positif dengan munculnya buih halus di permukaan, indikasi fermentasi berhasil.
Sebagai bentuk apresiasi, setiap peserta menerima sampel eco-enzyme siap pakai dan melanjutkan pencatatan progres menggunakan mini jurnal bermuatan kalender perkembangan yang telah dibagikan sebelumnya.
Harapan besar mengiringi program ini: Nguri-uri Alam bukan sekadar agenda workshop, tetapi langkah nyata membangun kesadaran ekologis berbasis budaya lokal dan kemandirian rumah tangga.
Bagi warga Ngadiprono, eco-enzyme bukan hanya cairan serbaguna, tetapi simbol gotong royong, pembelajaran, dan wujud cinta pada bumi.(*)












Tinggalkan Balasan