HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Dari Relawan ke Wamen, Berakhir di OTT: Kisah Noel dan Bayangan Politik bagi Jokowi

JAKARTA | HARIAN7.COM – Penangkapan Immanuel Ebenezer alias Noel oleh KPK bukan sekadar urusan hukum. Bagi banyak pengamat, ini adalah ujian simbolis bagi Jokowi di penghujung masa politiknya. Sebab Noel bukanlah figur biasa, ia adalah wajah keras relawan Jokowi, orang yang membela mati-matian setiap serangan terhadap presiden, bahkan dengan gaya retoris yang kerap memancing kontroversi.

Citra Jokowi: Konsisten atau Berjarak?

Respons Jokowi yang singkat dan cenderung menjaga jarak justru mempertegas citra lama yang ia bangun: presiden yang membiarkan hukum berjalan tanpa intervensi.

“Saya sangat mengapresiasi kerja baik dari KPK dan kita semua harus menghormati proses hukum yang ada,” kata Jokowi.

Bagi sebagian publik, ini adalah sikap konsisten: Jokowi tetap menegakkan garis bahwa siapapun, bahkan orang dekatnya, tidak kebal hukum. Namun bagi sebagian lain, sikap dingin itu bisa dibaca sebagai strategi politik: melepaskan relawan yang sudah tidak lagi strategis, sembari menjaga agar keluarga Solo tidak terseret dalam pusaran isu.

Relawan: Dari Basis Militansi ke Beban Politik

Kasus Noel sekaligus memunculkan pertanyaan lebih luas: apa arti relawan bagi Jokowi setelah satu dekade berkuasa?

Relawan seperti Joman memang memainkan peran besar pada masa kampanye, mengisi ruang-ruang kosong yang tak bisa dijangkau partai politik. Tetapi setelah Jokowi mantap di kursi kekuasaan, posisi relawan sering berubah: dari ujung tombak dukungan, menjadi kelompok yang mencari posisi politik dan jabatan.

Penangkapan Noel memperlihatkan sisi rapuh dari jaringan relawan ini. Apa yang dulu dianggap sebagai modal politik, kini bisa berbalik menjadi beban citra. Jokowi dituntut menunjukkan bahwa kedekatan personal tak boleh melunturkan komitmen antikorupsi.

Dampak ke Politik Nasional

Meski Noel bukan tokoh partai besar, kasus ini tetap memberi resonansi. Setidaknya ada tiga dampak yang patut dicatat:

1. Terhadap citra keluarga Solo. Pertanyaan wartawan soal kaitan penangkapan Noel dengan politik keluarga langsung dijawab singkat oleh Jokowi: “Bener.” Jawaban ini bisa menutup spekulasi, tetapi juga menyisakan tafsir terbuka.

2. Terhadap hubungan Jokowi dengan relawannya. Penangkapan Noel bisa membuat relawan lain berpikir dua kali: masih relevankah mereka dalam lanskap politik pasca-Jokowi?

3. Terhadap dinamika pemberantasan korupsi. KPK sedang diuji untuk menunjukkan bahwa lembaga ini tetap bisa bekerja meski menghadapi kasus yang bersentuhan dengan lingkar politik penguasa.

Warisan Politik yang Dipertaruhkan

Pada akhirnya, kasus Noel menambah catatan menarik dalam warisan politik Jokowi. Di satu sisi, presiden bisa dianggap berhasil menjaga garis hukum tetap berdiri di atas semua orang. Di sisi lain, publik juga menilai, lingkar relawan yang dulu menjadi “mesin politik” justru meninggalkan noda di ujung perjalanan kekuasaan.

Pertanyaannya kini: apakah kasus Noel akan berakhir sebagai catatan kecil yang segera dilupakan, atau justru menjadi simbol bahwa relawan—yang dulu dielu-elukan sebagai kekuatan rakyat—berubah menjadi beban politik yang sulit ditutup-tutupi? (Yuanta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!