HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Sakral! Warga Samiran Satukan Dua Mata Air Gunung Demi Tolak Bala

Laporan: Muhamad Nuraeni

Upacara Temu Tirta, Tradisi Mistis yang Sarat Makna di Lereng Merapi-Merbabu

BOYOLALI | HARIAN7.COM – Malam Jumat di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, terlihat berbeda. Ratusan warga berkumpul di Simpang PB VI dengan pakaian tradisional, membawa tumpeng, palawija, sayuran, dan buah-buahan dalam bentuk gunungan. Semua bersiap mengikuti prosesi sakral tahunan: Upacara Temu Tirta.

Tradisi ini bukan sembarang ritual. Upacara Temu Tirta digelar warga lereng Merapi-Merbabu setiap awal bulan Suro atau Muharam sebagai ikhtiar agar Desa Samiran dijauhkan dari kekeringan dan bencana erupsi Gunung Merapi. Caranya? Dengan menyatukan air dari dua mata air sakral: Tirta Wening dari Merbabu dan Tirta Barokah dari Merapi.

Baca Juga:  Bulog Gelar Pasar Murah di Pasar Kejambon, Masyarakat Mengaku Terbantu

Prosesi yang digelar pada Jumat (27/06/2025) malam itu berlangsung khidmat dan meriah. Hadir langsung Wakil Bupati Boyolali, Dwi Fajar Nirwana, dan perwakilan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Raden Riyo Aryo Panji Bambang Sudarsono.

Air dari dua sumber itu ditampung dalam sebuah bejana, lalu dikirab keliling kampung sejauh tiga kilometer. Arak-arakan dipimpin pasukan bregodo dari keraton, disusul pembawa bejana air, barisan pembawa gunungan, dan di belakangnya para ibu-ibu serta pemuda membawa obor menyala. Suasana pun penuh magis dan kesakralan.

Baca Juga:  Polres Ngawi Gelar Pengajian Bersama Gus Iqdam 'Dekengane Pusat", Kapolres Ultah, Anggota Dapat Undian Doorprize Umroh

Gunungan yang dibawa pun penuh makna. Ada tumpeng nasi jagung atau nasi gunung, hasil bumi seperti palawija, sayur mayur, dan aneka buah. Semua itu adalah simbol syukur warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.

Wabup Fajar pun tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap pelestarian budaya lokal ini.

Baca Juga:  Khataman Alquran di Puncak Gunung Warnai Milad VI SMPIT Izzatul Islam

β€œIni adalah salah satu budaya yang ada di Kabupaten Boyolali. Upacara Temu Tirto ini harus kita lestarikan karena sarat akan nilai-nilai kebudayaan dan sejarah,” tegasnya.

Tradisi ini berawal dari masa lalu, ketika warga Samiran pernah mengalami krisis air. Para tetua desa kemudian mengadakan ritual pemersatu dua sumber mata air, yang dipercaya membawa berkah dan kelestarian. Sejak saat itu, Upacara Temu Tirta dilakukan turun-temurun, menjadi bagian dari identitas budaya dan spiritual warga Samiran hingga kini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

SPORT

error: Content is protected !!