Darah di Tengah Kampanye – Capres Kolombia Ditembak Remaja 15 Tahun
BOGOTÁ | HARIAN7.COM – Sabtu sore yang seharusnya menjadi ajang temu warga berubah menjadi mimpi buruk. Di taman terbuka kawasan Fontibon, Bogotá, Miguel Uribe Turbay, calon presiden Kolombia sekaligus senator dari Partai Demokratik Tengah, roboh bersimbah darah. Dua peluru bersarang di tubuhnya, satu di antaranya menembus kepala. Penembaknya bukan pria bersenjata bayaran atau veteran perang, melainkan seorang remaja lelaki, baru 15 tahun usianya.
Tubuh Uribe tersungkur ke tanah berumput, di tengah kerumunan yang panik dan histeris. Video amatir yang beredar di media sosial menunjukkan suasana mencekam: jeritan warga, tangan-tangan yang mencoba menghentikan pendarahan, dan seorang wanita yang terdengar memanggil nama sang capres dengan suara nyaris putus asa. Staf kampanye dan warga sekitar segera menggandeng tubuhnya yang berlumuran darah, membawanya ke ambulans yang melaju menuju Rumah Sakit Santa Fe Foundation.
Kejaksaan Kolombia memastikan: “Capres Kolombia itu ditembak dari belakang, dengan dua luka tembak, salah satunya menembus kepala.” Dokter menyatakan Uribe mengalami luka serius di kepala dan paha kiri, dan kini tengah menjalani operasi bedah saraf serta vaskular.
Sang istri, Maria Claudia Tarazone, dalam unggahan emosional di media sosial, menuliskan: “Miguel keluar dari ruang operasi, dia berhasil. Tapi setiap jam sangat menentukan.” Kalimatnya menggantung harapan, seperti nyawa suaminya yang bergantung di ujung waktu. Ia memohon doa dari masyarakat. “Sedang berjuang untuk hidupnya,” tulisnya lirih, dikutip Sky News.
Remaja pelaku berhasil ditangkap tak jauh dari lokasi, dalam kondisi luka tembak di kaki. Saat ini ia tengah dirawat dalam pengawasan ketat. Polisi menyita senjata api dari lokasi dan menyelidiki kemungkinan pelaku tidak bekerja sendiri. Apakah ia disuruh? Dibayar? Atau ini hanya aksi tunggal dari jiwa muda yang tergelincir? Polisi belum memberi jawaban pasti.
Pemerintah Kolombia bertindak cepat. Imbalan senilai Rp 11 miliar digelontorkan bagi siapa pun yang memiliki informasi krusial soal penyerangan ini. Presiden Gustavo Petro angkat bicara: penyelidikan masih dalam tahap awal, dan ia menyebut kemungkinan kegagalan pengamanan dalam kampanye turut menjadi perhatian.
Miguel Uribe Turbay, capres muda berusia 39 tahun dari kubu konservatif, resmi mencalonkan diri pada Maret lalu untuk bertarung di pemilu Mei 2026. Ia dikenal sebagai lawan keras Presiden Petro, yang berasal dari blok kiri. Kini, pria yang bermimpi membenahi Kolombia itu tengah terbaring di meja operasi.
Saat peluru dilepaskan, Uribe sedang dikelilingi 21 anggota tim kampanye. Dua di antaranya ikut terluka, namun belum ada penjelasan rinci tentang kondisi mereka.
Partai Demokratik Tengah menyebut penembakan ini sebagai “aksi kekerasan yang tidak bisa ditoleransi”. Sementara mantan Presiden Alvaro Uribe—meski tak memiliki hubungan keluarga—mengecam keras serangan terhadap nama besar partainya. Dari seberang benua, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyuarakan kutukan, mendesak Kolombia memperkuat perlindungan terhadap kandidat politik. Presiden Chile dan Ekuador ikut menyampaikan dukungan, menegaskan demokrasi tak boleh tunduk pada ancaman peluru.
Satu tembakan bisa mengubah peta politik. Dan satu remaja bersenjata telah menjadikan Kolombia berkabung sebelum hari pemilu tiba. Kini, seluruh negeri menunggu di ujung doa—akankah Miguel Uribe kembali berdiri? Atau tertinggal sebagai simbol getir demokrasi yang terus diuji oleh darah dan dendam?(Red/BN)
Tinggalkan Balasan