“Dialog Asyik” Rektor UKSW Disemprot Mahasiswa dan Dosen, Dinilai Cuma Ajang Klarifikasi Sepihak
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Gelaran “Dialog Asyik” yang digagas Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Prof. Intyas Utami, justru memantik reaksi panas dari kalangan sivitas akademika kampus. Bukan solusi, diskusi yang berlangsung Jumat (16/5/2025) itu dinilai cuma ruang klarifikasi sepihak yang sarat pencitraan.
Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas (BPMU) UKSW, Armando Nistelrooy Takuneno, blak-blakan menyebut acara tersebut sebagai bentuk komunikasi yang eksklusif dan tak menyentuh substansi masalah kampus.
“Dialog Asik yang diselenggarakan rektor diadakan mendadak dan tidak melibatkan mahasiswa secara menyeluruh, bersifat satu arah, dan hanya sebagai ruang klarifikasi rektor,” tegas Armando, Rabu (21/5/2025).
Ia juga menyayangkan pemilihan peserta yang dianggap tidak representatif. “Sepatutnya dialog yang dilakukan itu membangun sikap solidaritas dan bukan malah memecah belah, terkesan tersekat-sekat, serta sangat eksklusif karena hanya mengundang dua fakultas khusus,” lanjutnya.
Bahkan, penggunaan istilah “tempat terbatas” dalam forum tersebut dianggap menegaskan bahwa ruang partisipasi mahasiswa sengaja dibatasi. “Dan akhirnya dialog tersebut tidak membuahkan hasil, hanya dimanfaatkan sebagai ruang simpati, bukan solutif,” ujarnya.
Armando juga menyinggung relasi antara mahasiswa dan pimpinan kampus yang kian renggang. “Dengan segala dinamika yang terjadi saat ini maka semakin membangun jarak antara mahasiswa dan rektor. Suara kami tidak direspon bahkan dituduh subversif dan dianggap pengacau di rumah kami sendiri,” ucapnya dengan nada kecewa.
Ia mendesak agar pihak Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW) turun tangan membuka ruang dialog sesungguhnya. “Sudah sepatutnya mahasiswa tidak hanya dijadikan objek dari kebijakan, tapi juga subjek yang memiliki hak untuk didengar dan dilibatkan,” tandas Armando.
Nada serupa datang dari Fakultas Hukum UKSW. Prof. Umbu Rauta, mewakili sivitas akademika fakultas tersebut, menyoroti ketertutupan rektorat yang tak pernah menanggapi permintaan dialog dari pihaknya sejak Januari lalu.
“Dialog yang diinisiasikan Rektor UKSW pada Jumat (16/5/2025) dikemas dengan tidak tepat karena desain dan substansi ‘dialog’ tidak menjawab pokok persoalan. Tidak lebih dari sekadar klarifikasi sepihak, subjektif, tidak partisipatoris, tidak transparan dan manipulatif sehingga dimaknai tidak pernah ada dialog yang sesungguhnya,” kritik Umbu tajam.
Ia bahkan menilai forum tersebut lebih condong pada upaya pencitraan semata. “Evaluasi kinerja pejabat tanggal 28 April 2025 sebagaimana diinformasikan Rektor UKSW dalam dialog tersebut tidak transparan dan akuntabel karena tidak pernah diinformasikan kepada para pejabat baik di lingkungan Fakultas Hukum UKSW maupun di luar lingkungan Fakultas Hukum UKSW,” bebernya.
Tak berhenti di situ, Umbu juga mempertanyakan ketertutupan hasil evaluasi. “Kriteria dan hasil evaluasi kinerja para pejabat tersebut juga tidak pernah disampaikan kepada pihak yang dievaluasi,” pungkasnya.
Kritik tajam ini menambah panjang daftar keluhan terhadap gaya kepemimpinan Rektor UKSW yang dianggap makin menjauh dari semangat dialogis dan partisipatif yang seharusnya menjadi roh dunia akademik.(*)
Tinggalkan Balasan