Kematian Pemimpin Hamas Memicu Serangan Israel, Ketegangan Timur Tengah Kian Memuncak
INTER | HARIAN7.COM – Perang di Timur Tengah terus memanas setelah kematian Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar. Serangan masih berlangsung tanpa henti, dengan Israel semakin memperhebat gempurannya terhadap Hamas di Gaza serta kelompok Hizbullah di Lebanon.
Insiden ini menandai babak baru dalam konflik yang telah lama berkecamuk di kawasan tersebut, dengan berbagai pihak yang terlibat mencoba memanfaatkan situasi yang berubah dengan cepat.
Menurut laporan yang dihimpun pada Sabtu (19/10/2024), Israel melihat tewasnya Sinwar sebagai kemenangan strategis. Namun, Israel tampaknya tidak berhenti di situ. Mengutip Reuters, pemerintah Israel berencana memperkuat posisi militernya sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat, yang akan datang dalam waktu dekat.
Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa kemenangan di medan perang diimbangi dengan keuntungan strategis jangka panjang, termasuk menciptakan zona penyangga de facto yang bisa mencegah ancaman dari Hamas dan Hizbullah di masa depan.
Dengan operasi militer yang semakin intensif, Israel bertujuan untuk memastikan musuh-musuhnya, terutama Hamas, Hizbullah, dan penyokong mereka di Iran, tidak memiliki kesempatan untuk berkumpul kembali dan mengancam warganya. Selain itu, pemerintah Israel juga berusaha menciptakan situasi yang menguntungkan sebelum presiden AS berikutnya dilantik, baik itu kandidat dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, maupun Donald Trump dari Partai Republik, yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan menggunakan momentum ini untuk menekan Netanyahu agar mengakhiri serangan di Gaza. Namun, tampaknya Netanyahu lebih memilih untuk menunggu masa jabatan Biden berakhir dan memanfaatkan presiden baru yang kemungkinan lebih mendukung kebijakan Israel di Timur Tengah.
Sementara itu, ketegangan semakin meningkat ketika sebuah drone diluncurkan ke arah rumah Netanyahu di Caesarea, Israel utara. Untungnya, Netanyahu tidak berada di lokasi saat insiden terjadi, dan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Drone tersebut diyakini diluncurkan dari wilayah Lebanon, meskipun belum ada keterangan resmi terkait tujuan serangan ini.(Red)
Tinggalkan Balasan