Hadirkan Ikon Baru, Pringgo Jadi Daya Pikat Pengunjung Pasar Papringan
Penulis: Ratmaningsih – Kontributor Temanggung
TEMANGGUNG | HARIAN7.COM – Pasar Papringan di Dusun Ngadiprono kembali mencuri perhatian publik. Kali ini bukan hanya karena suasana pasar yang alami di antara rumpun bambu, tetapi karena hadirnya sosok baru yang menggemaskan: Pringgo, ikon karakter edukatif yang dirancang untuk memperkenalkan nilai-nilai Pasar Papringan melalui pengalaman interaktif.
Gagasan menghadirkan Pringgo lahir dari keterlibatan sejumlah mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara dalam Program Social Impact Initiative batch kedua. Selama tiga puluh hari tinggal di Dusun Ngadiprono, mereka melakukan observasi, wawancara, dan pendampingan bersama Spedagi Movement. Dari proses tersebut, Lindsey Rochili Santoso, mahasiswi Ilmu Komunikasi UMN, merancang Pojok Dolanan Pringgo, sebuah ruang belajar interaktif yang menghadirkan Pringgo sebagai Sahabat Bambu bagi pengunjung pasar.
“Didesain sebagai story companion, Pringgo berperan sebagai teman belajar yang mengenalkan tiga nilai Pasar Papringan yaitu, konservasi alam, pemberdayaan masyarakat dan pola makan sehat serta alami. Dengan karakter yang hangat dan dekat dengan kehidupan warga Dusun Ngadiprono, Pringgo diharapkan dapat menjadikan nilai-nilai tersebut lebih menarik, mudah diingat, dan relevan bagi setiap pengunjung,” jelas Lindsey Rochili Santoso panjang lebar ketika memperkenalkan Pringgo di Pasar Papringan, Kedu, Temanggung, Jumat (28/11/2025).
Lindsey menegaskan, memahami nilai yang menghidupkan Pasar Papringan berarti menyadari bahwa pasar tersebut bukan sekadar tempat jual beli, tetapi ruang hidup yang menjaga harmoni dengan alam. Tata letak tanah dan bambu dipertahankan alami tanpa dipangkas berlebihan. Di sisi lain, pasar ini tumbuh dari pemberdayaan warga dan komitmen terhadap pola makan sehat berbasis real and gluten free food.
Dari hasil temuannya, Linda menyimpulkan bahwa Pasar Papringan merupakan ekosistem kearifan lokal yang dibangun dari kebiasaan baik dan praktik hidup berkelanjutan.
Pringgo kemudian diperkenalkan sebagai ikon ilustratif baru. Nama Pringgo diambil dari gabungan kata “pring” (bambu) dan “go”, yang melambangkan semangat bergerak dan bertumbuh bersama. Meski tampil sederhana, karakter ini memiliki elemen visual yang sarat filosofi tentang alam, keberlanjutan, dan ekonomi lokal.
Sejak diperkenalkan, Pringgo sukses mencuri perhatian para pengunjung. Banyak pengunjung berhenti sejenak untuk melihat ilustrasinya, berfoto, atau bertanya tentang makna elemen tubuhnya. Suasana pasar terasa semakin hangat, anak-anak antusias menunjuk gambar Pringgo, sementara pengunjung dewasa penasaran dengan filosofi di balik desainnya.
“Semoga kehadiran Pringgo bisa membuat lebih banyak pengunjung tertarik untuk mengenal Pasar Papringan dari sisi nilainya, bukan hanya datang untuk kulineran atau berbelanja. Saya ingin Pringgo menjadi teman yang membantu pengunjung memahami cerita yang dijaga warga Ngadiprono,” tuturnya.
Lewat langkah kecil namun bermakna ini, Pringgo diharapkan tidak hanya menjadi maskot yang menghibur, tetapi juga figur edukatif yang membawa pesan konservasi alam dan pemberdayaan masyarakat semakin dekat ke hati setiap pengunjung. Pringgo menjadi bagian penting dari kolaborasi Universitas Multimedia Nusantara dan Spedagi Movement dalam memperkuat dampak sosial melalui inovasi kreatif.












Tinggalkan Balasan