HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Pengaduan Viral Ungkap Celah Pendataan, Wabup Kudus Respons Cepat

Laporan: Tambah Santoso

KUDUS | HARIAN7.COM – Sebuah pesan singkat yang tanpa sengaja terbaca di ponsel Wakil Bupati Kudus, Bellinda Putri Sabrina Birton, memantik reaksi cepat. Bellinda, yang tengah menjalankan agenda dinas di luar kota, memilih segera kembali ke Kudus untuk meninjau langsung rumah Muhajirin (33), warga Desa Klumpit, Kecamatan Gebog. Muhajirin sebelumnya mengadu bahwa keluarganya tak pernah tersentuh bantuan pemerintah meski memiliki anak dengan disabilitas dan keterlambatan tumbuh kembang.

Keluhan Muhajirin mendadak viral setelah beredar di media sosial. Dalam pesannya, ia menuliskan bahwa keluarganya tidak pernah mendapatkan bantuan sosial, bahkan di masa pandemi COVID-19. Beban hidupnya kian berat setelah sang istri meninggal dunia pada 21 Oktober 2025, meninggalkannya merawat dua anak seorang diri. Putrinya, Alisha Dhina Raharjeng (8), mengalami keterlambatan tumbuh kembang sejak lahir.

“Saya tidak tahu harus mengadu ke siapa. Saya hanya ingin anak saya mendapat perawatan yang layak, sementara warga lain yang lebih mampu justru dapat bantuan,” tulisnya.

Baca Juga:  Forkopimda Mendadak Kunjungi Rutan: Bukan Tegang, Malah Jadi Haru, Momen Natal Berubah Menjadi Spesial Penuh Cinta

Tidak hanya itu, Muhajirin mengungkapkan bahwa ia tidak menerima uang kematian karena terdata dalam desil 4. Status itu membuatnya tidak masuk prioritas penerima bantuan apa pun.

Bellinda datang bersama Kepala Dinas Sosial P3AP2KB Putut Winarno, jajaran Forkopimcam Gebog, serta perangkat desa. Ia menegaskan bahwa setiap pengaduan warga akan diverifikasi langsung di lapangan.

“Sore hari ini saya meninjau karena ada laporan melalui WhatsApp saya. Tadi saya ada acara di luar kota, dan setelah selesai saya langsung ke sini. Kami cek bersama Pak Camat, Pak Sekdes, dan Pak Kades,” ujar Bellinda.

Hasil pengecekan menunjukkan adanya kekeliruan dalam pendataan. Muhajirin selama ini tercatat sebagai desil 4 sehingga gugur dari berbagai program bantuan, padahal kondisi ekonomi dan kebutuhan keluarganya menempatkan dia dalam kategori desil 3.

Baca Juga:  Menuju Pilkada Salatiga 2024: Siapa Unggul di Tengah Dinamika Elektoral? Ini Hasil Survei KRCI

“Ternyata kebutuhan keluarga ini besar dan memang harusnya masuk desil 3. Ini menjadi koreksi bagi kami. Artinya masih ada pendataan yang belum tepat sasaran,” tegasnya.

Di depan Wabup, Muhajirin kembali menceritakan perjalanan panjang merawat Alisha. Sejak lahir prematur, Alisha harus menjalani perawatan enam bulan dalam inkubator di RSI Sunan Kudus. Kondisinya yang tidak stabil membuatnya dirujuk ke RSUD dr. Loekmono Hadi, RS Kariadi Semarang, hingga rumah sakit di Solo. Meski sudah berusia delapan tahun, motoriknya masih seperti bayi dan penglihatannya belum berkembang normal.

Sejak istri Muhajirin meninggal dunia, seluruh tanggung jawab perawatan Alisha dipikulnya seorang diri sambil bekerja serabutan.

Bellinda memastikan pemerintah akan mengawal penuh pengobatan dan pendampingan untuk Alisha.

“Saya sudah komunikasikan dengan puskesmas terdekat agar ditindaklanjuti dan dihubungkan ke rumah sakit. Intinya bantuan harus tepat sasaran, dan dinas terkait harus bekerja sama dengan desa,” kata Wabup.

Baca Juga:  Penanganan Dampak Erupsi Semeru di Pronojiwo, TNI Perkuat Respons Darurat

Putut Winarno menambahkan, pendataan kesejahteraan keluarga Muhajirin akan segera diperbarui agar ia dapat menerima bantuan sesuai ketentuan.

Dalam kunjungan tersebut, Bellinda turut menyerahkan bantuan kebutuhan sehari-hari. Ia menegaskan pentingnya laporan langsung dari masyarakat untuk memperbaiki kinerja pemerintah.

“Terima kasih kepada warga yang sudah langsung mengadu kepada saya. Dengan begini kami bisa melihat, mengecek, dan membenahi. Masih ada yang harus kita perbaiki setiap hari,” ujarnya.

Muhajirin mengaku lega atas kedatangan Wabup dan berharap pendataan ulang dapat memberi perubahan nyata bagi keluarganya.

“Saya hanya ingin anak saya bisa mendapat perawatan yang baik. Saya bekerja apa saja untuk menghidupi mereka, tapi kadang tidak cukup,” tuturnya lirih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!