HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Tradisi Jumat Pahingan di Desa Menggoro, Mulai Wisata Kuliner, Ritual Penuhi Nadzar dan Ziarah ke Makam Kyai Pahing

Temanggung,harian7.com – Kemajuan teknologi yang terus bergerak pesat, ternyata tak mampu melunturkan kepercayaan masyarakat, untuk mempercayai beragam mitos di dalam kehidupan mereka.

Salah satu mitos yang dipercaya hingga saat ini oleh sebagian masyarakat Jawa adalah ritual sanggaran ataupun doa bersama (Ngalap berkah – red Jawa) yang dipercaya mampu mengabulkan semua permintaan atau mempunyai nadzar tertentu.

Terkait dengan kepercayaan dan tradisi tersebut,  ada sebuah tradisi di malam Jumat Pahing  menjadi malam yang dipercaya oleh ratusan masyarakat di daerah Temanggung, bahkan dari derah lain sebagai malam yang sakral.

Para masyarakat yang hadir mengikuti tradisi unik di Makam Kyai Pahing yang berada di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung.

Pantauan harian7.com Malam ini,  Kamis (7/3/2019) nampak ratusan orang memadati sebuah pasar yang hanya digelar setiap malam hari khususnya setiap malam Jumat Pahing.

Para pengunjung pasar yang datang mempunyai tujuan yang berbeda,  mulai dari sekedar jalan-jalan untuk cicipi aneka kuliner ataupun beziarah ke makam Kyai Pahing.

Dari penuturan sejumlah masyarat Kyai Pahing adalah sosok tokoh yang pada zaman dahulu sangat segani oleh masyarakat. Selain itu Kyai Pahing juga pertama kali yang mempunyai ide mengadakan pasar pahing.

Baca Juga:  Presiden Bagikan 1.500 Sertifikat Tanah di Cilacap

Yang tak kalah menarik di Pasar Pahing ini yakni banyak di jual berbagai makanan khas di pasar ini diantaranya ,cucur,onde- onde,jadah landes,ketan serundeng . Selain itu juga ada makanan kuliner khas desa Menggoro yakni Brongkos /Thengkleng yang terbuat dari kepala kammbing,lidah kambing serta kaki kambing yang dimasak dengan bumbu khas berasa agak pedas  yang  hanya ditemukan di desa ini.

Tak hanya itu, sebagian pengunjung yang datang ke masjid Ja’ mi Menggoro juga mempunyai hajat khusus yaitu untuk menuaikan pelunasan midang atau nadzar . Nadzar dilakukan ada yang siang atau malam hari dan biasanya orang – orang  kemudian nadzar tersebut antaranya nadzar atas diberinya kesembuhan, bebas dari masalah ataupun atas terkabulnya hajat lainya.

Mereka melakukan ritual dengan cara mengoleskan boreh atau bunga yang dilengkapi injet ,kunir diaduk halus kemudian dinamakan boreh setelah diolesi boreh diyakini sudah melunasi nadzarnya.

Baca Juga:  Mutasi Polri Ada 4 ST, 7 Polwan Dapat Promosi Jabatan

Sofian Sauri salah satu takmir Masjid Ja’mi Menggoro saat di temui harian7.com, Kamis (7/3/2019) malam mengungkapkan, pengunjung yang datang selain untuk memenuhi nadzarnya serta hanya sekedar beburu kuliner juga ada yang hanya untuk menunaikan ibadah di masjid Ja’mi.

“Banyak juga pengunjung yang datang untuk menunaikan ibadah di masjid mas,”katanya.

Lebih lanjut Sofian mengisahkan, Masjid Ja’ mi ini dulunya didirikan pada tahun 1111 masehi. Namun ada juga yang menyebut jika masjid ini didirikan pada tahun 1272 Masehi, sebagaimana tertulis pada salah satu kentongan di masjid.

“Masjid Ja’mi dulunya  dibangun atas permintaan putri Kanjeng Sunan Kalijogo bernama Nyi Anjasmoro yang terkenal Nyi Brintik.Masjid ini pernah hilang akibat tertutup hutan belantara  kemudian ditemukan kembali oleh sejumlah orang yang akan membuka hutan yang menutupi daerah itu guna dijadikan sebagai pemukiman,”terangnya.

Dulunya di Masjid ini juga menjadi sejarah awal mula adanya pasar pahing, karena waktu itu setiap malam jumat pahing diadakan Mujahadah di masjid ini. 

Baca Juga:  Tasyakuran HPN 2024, Pj Gubernur Jateng Ingin Pers Dorong Masyarakat Jadi Pemilih Cerdas dan Bijak

“Dulunya, karena semakin banyak pengikutnya maka Kyai Pahing atau  Kyai Abdul Choliq menyarankan diadakan pasar supaya pengikut mujadahan bisa membeli makanan atau minuman saat mereka lapar maupun haus, semakin hari  semakin banyak penjual dan pasar makin banyak dikunjungi orang,”ungkapnya.

Sunandar(65) salah satu pengurus makam Kyai Haji Maimun juru kunci terdahulu yang sudah meninggal turut mengamini apa yang di sampaikan Sofian. Ia menambahkan, selain pengunjung beribadah di Masjid juga berziarah ke Makam Kyai Pahing.

“Kalau di makam Kyai Pahing sendiri juga selalu ramai pengunjung di hari-hari biasa terlebih saat pasar paing berlangsung, mulai dari siang hari sampai larut malam tak pernah putus pengunjung berdatangan untuk berziarah di makam tersebut,”tambahnya.

Sementara itu, Purtautomo salah satu dari peziarah makam mengungkapkan, ia rutin berziarah di makam Kyai Pahing pada malam Jumat Pahing. “Saya tidak pernah absen untuk berziarah kesini, selalu saya luangkan waktu terkecuali saat dharurat saja saja tidak kesini,”ungkapnya.(Wahono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!