Drama POPDA Salatiga! 16 Atlet Karate Djojo Bhayangkara Gagal Tanding, Ada Apa?
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) Kota Salatiga 2025 cabang olahraga karate yang seharusnya menjadi panggung bagi atlet muda berprestasi justru menyisakan kisah pilu. Sebanyak 16 atlet dari Dojo Bhayangkara Salatiga harus menelan kekecewaan mendalam setelah dinyatakan tidak bisa bertanding.
Pelatih Dojo Bhayangkara, Aipda Alif Ismail Marzuki, mengungkapkan bahwa para atletnya sebenarnya telah memenuhi semua persyaratan administrasi. Namun, ada satu syarat yang tiba-tiba muncul hanya beberapa saat sebelum kejuaraan dimulai.
“Padahal semua persyaratan sudah kami penuhi. Kecuali memang persyaratan yakni rekomendasi dari perguruan INKAI Salatiga, yang kami ketahui beberapa saat sebelum kejuaraan. Itu pun hanya melalui foto dari laptop yang kemudian dikirim melalui whatsapp group,” kata Alif, Minggu (23/2/2025) kepada wartawan.
Dispora Turun Tangan, FORKI dan INKAI Diminta Klarifikasi
Tak ingin masalah ini berlarut-larut, Kepala Bidang Olahraga Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Kota Salatiga, Danang, segera mengambil langkah cepat. Ia mengundang berbagai pihak terkait, termasuk Ketua FORKI Salatiga Mayor CKM Joko Maryono, Ketua Perguruan INKAI Salatiga Ibrahim, serta perwakilan dojo-dojo karate se-Salatiga untuk duduk bersama dan memberikan klarifikasi di hadapan awak media, Senin (24/2/2025).
“Pertemuan ini kami fasilitasi agar ada kejelasan bagi semua pihak, terutama untuk para atlet dan orang tua yang merasa dirugikan,” kata Danang.
FORKI: Rekomendasi Itu Wajib!
Dalam kesempatan ini, Ketua FORKI Salatiga, Mayor CKM Joko Maryono mengaku pihaknya telah menyampaikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dan syarat keikutsertaan atlet dalam Popda Salatiga 2025. ” Sudah jelas sebenarnya kami sampaikan bahwa ada syarat yang harus dipenuhi terkait dengan rekomendasi dari perguruan yang menaungi dojo tersebut. Namun hingga waktu yang ditentukan, pihak Dojo Bhayangkara tidak bisa menunjukkan surat rekomendasi tersebut. Padahal kalau meminta kepada pengurus perguruan INKAI, pasti diberikan,” jelasnya.
Namun, pernyataan ini justru menimbulkan pertanyaan besar. Jika rekomendasi tersebut memang wajib, mengapa baru disampaikan beberapa saat sebelum kejuaraan dimulai? Apakah ada miskomunikasi, atau ini memang aturan yang diterapkan secara mendadak?
KONI Salatiga Angkat Bicara: Jangan Sampai Terulang!
Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Salatiga, Agus Puwanto, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut meminta agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Ia juga mendorong adanya komunikasi internal antara INKAI dan FORKI agar aturan keikutsertaan atlet lebih jelas di masa mendatang.
“Kami minta maaf kepada para atlet dan orang tua atas kejadian ini. Ini harus menjadi pembelajaran agar tidak ada lagi atlet yang kecewa,” tegas Agus.
Belum Ada Titik Terang, Masalah Masih Menggantung
Hingga pertemuan berakhir, belum ada titik temu antara Dojo Bhayangkara dan FORKI terkait permasalahan ini. Namun, kedua belah pihak sepakat untuk segera melakukan pertemuan lanjutan dengan pendampingan dari KONI dan Dispora Salatiga.(*)
Berita lanjutan:
1 Komentar
Seharusnya FORKI tidak kaku, tidak menempatkan diri sbg simbol kekuasaan. Forki sbg induk organisasi/ perguruan Karate, hrs berusaha utk melibatkan seluruh perguruan demi masa depan olahraga Karate. Saya sangat prihatin atas sikap Ketua Forki Salatiga. Sekedar memori, saya pernah jadi Ketua INKAI dan Ketua FORKI Salatiga. Osssssssh.