Tragis! Seorang Santri Meninggal di Ponpes Diduga Jadi Korban Pengeroyokan, Ibu Korban Berharap Keadilan
![]() |
Sutarmi, ibu korban saat ditemui harian7.com. |
Laporan: Andi Saputra
UNGARAN | HARIAN7.COM – Tangisan Ibu Sutarmi orang tua korban akhirnya pecah. Rasa sakit yang ia rasakan lepas begitu saja. Tanpa terbendung lagi, air mata Sutarmi terus mengalir.
Sutarmi sekuat mental menceritakan anaknya yang tutup usia di sebuah Pondok Pesantren yang berada di daerah Desa Klepu Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.
Saat ditemui harian7.com di rumahnya yang beralamatkan Ngempon RT 04 RW 01, Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Selasa (12/9/2023), Sutarmi mengaku sangat sedih. Ia pun menyayangkan atas peristiwa yang menimpa anaknya yang diduga menjadi korban penganiayaan.
“Anak saya diduga dikeroyok oleh teman santri. Anak saya mondok itu udah hampir tiga tahun. ini dan tiba- tiba saya tidak tahu kalau ada kejadian seperti ini, kejadian tersebut pagi sekitar pukul 09.30 wib dan tidak ada konfirmasi dari pondok atau mengabari langsung di keluarga sini. Kalau anak saya dianiaya, terus anak saya pingsan serta mimisan di hidungnya berdarah dan mulutnya mengeluarkan busa,” ujarnya Sutarmi.
Menurutnya, waktu pasca kejadian tersebut kenapa dibawa ke puskesmas dan tidak dibawa langsung ke rumah sakit. Sedangkan saat kejadian tersebut hari Minggu, namun di bawa ke klinik dan setelah itu dari pihak pondok datang ke rumahnya untuk mengantar jenazah.
“Keterangan dari pihak pondok saat datang ke rumah. Kalau ada terjadi musibah di lapangan selanjutnya saya diajak ke lokasi untuk mengecek jenazah anak saya setelah itu dari pondok menyuruh mau dirawat disini dan ternyata dari pihak rumah sakit tidak menginjinkan kalau tidak ada persetujuan keluarga,” jelasnya.
Sutarmi menuturkan, dari pihak keluarga meminta jenazah anaknya untuk di visum. Soalnya belum tahu persis kejadian tersebut bagaimana nanti kasihan kalau langsung di otopsi dan juga sudah ditunggu dari pihak kepolisian.
“Pihak kepolisian lalu bilang ke saya kalau anak saya meninggalnya tidak wajar dan Terkait kejadian ini sudah ditetapkan oleh pihak rumah sakit, polsek, polres Temanggung dan perlindungan anak harus di otopsi karena ini tidak ada barang yang dibuat saksi buat bukti penganiayaan tidak ada,”ucapnya.
Sutarmi menambahkan, setelah dilakukan otopsi ia diminta tanda tangan oleh pihak terlapor. Alasannya korban mengakui kalau mencuri uang dan juga tidak disebutkan jumlah uang yang diambilnya di berita acara kepolisian (BAP) tersebut.
“Saya tidak terima atas kejadian ini. Apalagi anak saya dituduh mengambil uang. Soalnya walaupun saya dari keluarga tidak punya tetapi untuk soal anak tetap saya prioritaskan untuk kebutuhan sehari-harinya harus ada,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang santri berinisial M (15), warga Ngempon RT 04 RW 01, Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang meninggal dunia.
Baca juga:
Kemarau Tahun Ini, Debit Air di Umbul Senjoyo Masih Aman
M meninggal dunia diduga menjadi korban pengeroyokan di salah satu pondok pesantren di wilayah Pringsurat Kabupaten Temanggung, Minggu (11/9/2023).
Kapolres Temanggung AKBP Ary Sudrajat di sela kegiatan Gelar Operasional Polda Jawa Tengah di Magelang, saat dikonfirmasi wartawan mengatakan bahwa saat ini kasus tersebut masih didalami.
“Kami masih mendalami, motifnya seperti apa. Mohon bersabar karena ini masih dalam tahap proses penyelidikan awal,” kata Kapolres.
Kapolres menjelaskan, pasca kejadian, korban dibawa menuju salah satu klinik di daerah Grabag, Kabupaten Magelang, namun nyawanya tidak tertolong.
“Kronologi keterangan awal, terjadi pengeroyokan terhadap seseorang di salah satu tempat. Anak ini (korban) dikeroyok oleh teman-temannya. Untuk perkembangannya, akan kami sampaikan lebih lanjut karena masih mengumpulkan keterangan dari beberapa saksi,” kata dia.
“Jadi untuk perkembangannya, akan kita sampaikan lebih lanjut. Karena kita masih mengumpulkan beberapa saksi,”pungkas Kapolres.(*)
Tinggalkan Balasan