HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA


Tendangan Kritis dari Salatiga, Aksi Diam Seniman dan Anggota DPRD Muda Menyuarakan Penolakan Terhadap Revisi RUU Pilkada

Laporan: Muhamad Nuraeni

SALATIGA | HARIAN7.COM – Sebanyak sepuluh warga Kota Salatiga melakukan aksi diam di depan Kantor DPRD Kota Salatiga pada Kamis (22/8/2024). Aksi ini berlangsung dalam keheningan, namun penuh simbolisme dengan para peserta memegang payung hitam dan selebaran bertuliskan “muak”. 

Payung hitam ini ditujukan sebagai tanda protes terhadap para pejabat pemerintah dan DPR RI yang dianggap mengotak-atik aturan Rancangan Undang-undang (RUU) Pilkada dan meremehkan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Koordinator aksi sekaligus seorang seniman lokal, Bram Kusuma, menjelaskan bahwa aksi tersebut terinspirasi dari aksi kamisan yang biasa dilakukan di Jakarta. “Payung hitam adalah simbol perlawanan dalam diam dan damai,” kata Bram kepada wartawan. 

Dia menekankan bahwa aksi kali ini tidak tergabung dalam aliansi manapun. “Kita sebagai masyarakat Salatiga merasa gerah. Di sini ada banyak kampus besar, tapi mahasiswanya seakan diam dengan situasi negara yang seperti ini,” tambahnya.

Aksi ini, menurut Bram, adalah bentuk keprihatinan terhadap polemik aturan Pilkada yang dianggapnya kacau balau. Ia juga menyatakan bahwa aksi ini adalah solidaritas terhadap berbagai aksi serupa di daerah lain yang berlangsung di hari yang sama.

“Kami ingin menyuarakan, meskipun Salatiga terlihat tenang, kami bisa bersuara dalam situasi sekarang ini,” ujar Bram. 

Meski tidak berharap aksi tersebut akan mengubah keputusan yang ada, Bram menekankan bahwa aksi ini adalah cara untuk menyuarakan keprihatinan. “Harapannya ke depan bisa lebih baik, walaupun susah. Tapi setidaknya dari Salatiga, kita juga bergerak seperti teman-teman di luar sana.”

Bram menegaskan bahwa jika situasi terus memburuk, ia siap untuk menggelar aksi demonstrasi lebih besar di kemudian hari.


Mantan Ketua DPRD Salatiga, Teddy Sulistyo


Politisi Ikut Bergabung

Aksi ini tidak hanya melibatkan para seniman dan aktivis, tetapi juga tokoh-tokoh politik. Mantan Ketua DPRD Salatiga, Teddy Sulistyo, turut serta dalam aksi ini dengan membawa tulisan “MUAK”. Teddy, yang dikenal sebagai politisi senior, mengaku heran dengan minimnya gerakan dari para intelektual di Salatiga.

“Intelektual Salatiga mlempem. Kemana para pemikir, tidak ada taringnya,” ujar Teddy dengan nada prihatin.

Teddy juga menyoroti kondisi hukum di Indonesia yang menurutnya sudah terbalik dan menyalahi alam. Ia menilai bahwa rakyat baru terbangun setelah putusan MK keluar, meskipun pada akhirnya keputusan itu dimentahkan kembali oleh DPR. 

“Sekarang dibalikkan lagi. Satu-satunya jalan adalah ‘people power’, dan kami sebagai bagian dari bangsa di kota kecil Salatiga akan terus bergerak,” tegasnya.

Dukungan dari Anggota DPRD

Dalam aksi ini, Anggota DPRD Salatiga dari fraksi PDI Perjuangan, Rafael Laksamana Gemilang Djatmiko, atau yang akrab disapa Mas El, juga turut hadir. Ia menjelaskan bahwa aksi ini adalah bentuk dukungan terhadap sikap fraksi PDI Perjuangan di DPR RI yang menolak keras revisi RUU Pilkada.

“Kami di DPR RI menolak keras, kok di bawah tidak ada aksi. Itulah alasan saya dan teman-teman seniman menggelar aksi menolak revisi RUU Pilkada,” jelas Mas El. 

Ia juga menyayangkan sikap penguasa yang dianggapnya mempermainkan aturan. “Masak penguasa seenaknya mengotak-atik atau merevisi RUU Pilkada, baru tiga jam sudah mau disahkan. Ini bukan mainan atau kepentingan penguasa saja,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!