HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA


Teladan toleransi dan keharmonisan: Potensi Salatiga sebagai pusat literasi budaya

 

Ditulis oleh: Heru Saputra

Dosen UIN Salatiga, dan mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Semarang (UNNES)


OPINI | HARIAN7.COM – Sebagai sebuah kota kecil yang terletak di antara Solo dan Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Salatiga telah menjelma menjadi oase keberagaman yang mempesona di tengah keramaian pulau Jawa. Di sana, keragaman suku, agama, dan budaya bukanlah batu sandungan, melainkan pondasi kokoh bagi kerukunan yang dijaga dengan penuh kasih sayang.

Dengan sebutan “mini Indonesia,” Salatiga secara proporsional mencerminkan keberagaman yang ada di seluruh negeri. Dengan populasi sekitar 227.534 jiwa menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, kota ini menjadi rumah bagi beragam komunitas agama. Statistik menunjukkan dominasi Islam sebagai mayoritas dengan 73,28%, diikuti oleh Kristen Protestan (13,32%), Katolik (8,13%), serta minoritas Hindu, Buddha, Konghucu, dan agama lainnya yang tersebar dengan proporsi kecil. Hal ini mencerminkan harmoni dan toleransi yang dijunjung tinggi di Salatiga, di mana pemeluk agama berbeda hidup berdampingan dengan damai.

Selain keberagaman agama, Salatiga juga merupakan rumah bagi berbagai suku bangsa. Mayoritas penduduknya adalah suku Jawa (77,84%), namun keberagaman etnis juga terlihat dengan kehadiran suku Batak (4,05%), Sunda (2,81%), Tionghoa (2,72%), dan suku-suku lainnya (12,58%). Dengan demikian, Salatiga bukan hanya menjadi tempat yang membanggakan karena keragaman agamanya, tetapi juga karena kesatuan dalam keberagaman suku bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa Salatiga adalah perwujudan dari semangat Bhinneka Tunggal Ika, di mana berbagai perbedaan disatukan dalam keharmonisan yang indah.

Toleransi dalam kehidupan sehari-hari


Pada tahun 2023, SETARA Institute merilis Indeks Kota Toleran 2023. Kota Singkawang di Kalimantan Barat meraih skor tertinggi, disusul oleh Kota Bekasi di Jawa Barat, dan urutan ketiga ditempati oleh Kota Salatiga. Penilaian tersebut didasarkan pada empat variabel dengan delapan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi 94 kota di Indonesia, termasuk regulasi pemerintah kota, regulasi sosial, tindakan pemerintah, dan demografi agama. Kota Salatiga terbukti memperoleh prestasi yang membanggakan dalam indeks tersebut, yang sejalan dengan kehidupan sehari-hari di sana, di mana berbagai tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, dan klenteng dapat ditemukan berjejer dalam satu kawasan tanpa adanya konflik yang berarti.

Baca Juga:  Kebakaran Tangki Berhasil Dipadamkan Operasional Kilang Cilacap dan Pasokan BBM Normal

Keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari di Kota Salatiga tidak hanya terbatas pada keberadaan berbagai tempat ibadah yang berdekatan, tetapi juga tercermin dalam interaksi sosial antarwarga. Bahkan, momen-momen penting seperti perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Natal menjadi momentum untuk menunjukkan toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, dengan masyarakat Salatiga sering kali saling bertukar ucapan selamat dan hadiah. Hal ini menegaskan bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekayaan yang dijaga dengan penuh kasih sayang di Kota Salatiga.

Kampus sebagai mesin toleransi


Salatiga juga dikenal sebagai rumah bagi dua perguruan tinggi besar, yakni Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga. UKSW telah menjadi pusat pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai kasih, perdamaian, dan toleransi. Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) adalah potret terwujudnya Bhinneka Tunggal Ika. Kampus dengan julukan Indonesia Mini ini adalah surga Toleransi. Civitas akademika UKSW berasal dari berbagai suku dan agama. Meskipun dikelola oleh Yayasan Kristen namun UKSW tidak pernah membatasi, apalagi mendiskriminasi civitas akademika yang berasal dari agama lain karena UKSW menghargai dan memelihara keberagaman.

Di sisi lain, Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, dengan jelas memposisikan dirinya sebagai garda terdepan dalam mempromosikan pemahaman Islam yang damai dan toleran. Dengan visi yang ambisius untuk menjadi pusat unggulan moderasi Islam serta kepeloporan dalam sains, teknologi, dan seni untuk keluhuran martabat kemanusiaan pada tahun 2045, UIN Salatiga telah menetapkan landasan yang kuat bagi pembentukan karakter mahasiswanya. Melalui kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada nilai-nilai keislaman yang inklusif dan harmonis, UIN Salatiga memainkan peran vital dalam membentuk generasi Muslim yang menghargai perbedaan dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat luas.

Baca Juga:  PT S2P PLTU Cilacap Bantu 1.500 Tanaman Bibit Buah

Kehadiran kedua institusi pendidikan ini, baik Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) maupun UIN Salatiga, telah memberikan dampak yang signifikan dalam memupuk sikap toleransi dan saling penghargaan di kalangan mahasiswa dan masyarakat umum. Di tengah arus globalisasi dan polarisasi yang semakin meningkat, pendidikan yang menekankan pada pemahaman, toleransi, dan dialog antaragama menjadi semakin penting. Dengan menjadi pusat pembelajaran yang mendorong inklusivitas dan kerukunan, UKSW dan UIN Salatiga memainkan peran penting dalam membentuk warga negara yang berkualitas dan toleran, serta memperkuat fondasi kota Salatiga sebagai model kerukunan antaragama dan antarbudaya.

Pelestarian budaya dalam keseharian


Salatiga mempersembahkan keberhasilannya dalam melestarikan kekayaan budaya lokal melalui berbagai festival budaya yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun. Festival-festival seperti Festival Wayang Salatiga dan Festival Seni dan Budaya Salatiga telah menjadi sorotan utama dalam kalender acara kota ini. Dengan menampilkan pertunjukan seni tradisional, pameran kerajinan tangan, dan lomba kesenian, festival-festival tersebut tidak hanya menghidupkan kembali warisan budaya yang berharga, tetapi juga memberikan platform bagi seniman dan pengrajin lokal untuk menunjukkan karya-karya mereka. Melalui kegiatan-kegiatan ini, Salatiga menciptakan kesempatan bagi penduduknya dan pengunjung untuk terlibat langsung dalam menjaga dan menghargai kekayaan budaya yang menjadi ciri khas kota tersebut.

Tak hanya itu, Salatiga juga membanggakan kawasan sejarahnya yang kaya akan situs-situs bersejarah. Dari candi hingga prasasti tua, kota ini memiliki jejak-jejak masa lampau yang menjadi bukti kejayaan sejarahnya. Situs-situs bersejarah ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata yang penting bagi kota Salatiga, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang sejarah dan perkembangan budaya di wilayah tersebut. Dengan mempertahankan dan merawat warisan sejarah ini, Salatiga memastikan bahwa generasi masa depan dapat terus menghargai dan memahami warisan budaya yang menjadi identitas kota ini.

Inspirasi dari Salatiga


Salatiga, dengan segala keunikan dan prestasinya, memberikan inspirasi kepada kota-kota lain di Indonesia dan di seluruh dunia tentang pentingnya memelihara keragaman dan mempromosikan toleransi. Keberagaman bukanlah ancaman, tetapi aset berharga yang bisa memberikan kekayaan budaya dan kesejahteraan sosial bagi sebuah masyarakat.

Baca Juga:  Di Salatiga Kontes Sapi Digelar, Sinoeng: Ini sebagai bentuk upaya untuk mendorong kualitas peternakan sapi perah

Dengan menjadikan Salatiga sebagai contoh teladan, kita semua diingatkan bahwa perdamaian dan harmoni antarsuku, agama, dan budaya bukanlah impian kosong. Mereka adalah tujuan yang dapat dicapai jika kita berkomitmen untuk saling menghormati, memahami, dan menghargai satu sama lain. Dan Salatiga, dengan segala kebaikan dan keberhasilannya, menunjukkan kepada kita bahwa keragaman adalah kekuatan yang harus dirayakan, bukan dipandang sebagai hambatan.

Salatiga bukan hanya menjadi tempat yang membanggakan karena keragaman agama dan suku bangsa, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi pusat literasi budaya. Melalui keberagaman yang ada, Salatiga telah menciptakan lingkungan yang sangat cocok untuk membangun kesadaran dan pemahaman tentang budaya-budaya yang beragam. Dengan interaksi yang harmonis antara berbagai kelompok etnis dan agama, masyarakat Salatiga secara alami terlibat dalam pertukaran pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya.

Salatiga dapat menjadi pusat literasi budaya dengan mengembangkan berbagai program pendidikan dan kegiatan budaya yang merangkul keberagaman. Misalnya, pembelajaran tentang seni dan budaya tradisional dari berbagai suku bangsa Indonesia dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah di Salatiga. Selain itu, pameran seni, lokakarya budaya, dan festival budaya dapat diadakan secara rutin untuk memperluas pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap keberagaman budaya.

Dengan memanfaatkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Salatiga, kota ini dapat menjadi destinasi penting bagi para pelajar, peneliti, dan wisatawan budaya. Melalui promosi dan pendukungannya terhadap kegiatan literasi budaya, Salatiga dapat menjadi pusat pengembangan pemahaman antarbudaya yang lebih luas tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional maupun internasional. Dengan demikian, Salatiga akan tetap menjadi teladan bagi kota-kota lain di Indonesia dalam membangun masyarakat yang beragam, inklusif, dan berbudaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!