Tasyakuran, Drs Sri Mulyono SH,MH Gelar Pagelaran Wayang Kulit Dengan Lakon “Gondomono”, Ini Kata Wakapolda Jateng
Wakapolda Jawa Tengah Brigjen. Pol. Drs. Indrajit, S.H., saat di konfirmasi wartawan. |
Salatiga,harian7.com – Dalam rangka tasyakuran atas telah di limpahkanya rejeki dan kesalamatan yang di berikan oleh Allah SWT, keluarga besar Drs H.Sri Mulyono SH,MH menggelar pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Joko Suseno atau yang kondang dengan sebutan “Joko Tole” dari Kabupaten Boyolali. Adapun lakon yang dipentaskan adalah ‘Gondomono’.
Acara yang digelar di rumah Sri Mulyono (Sanggar Sekarmulya) Tegalrejo,Kecamatan Argomulyo,Salatiga, Senin (29/01/2018) kemarin malam, yang dihadiri Wakpolda Jawa Tengah Brigjen. Pol. Drs. Indrajit, S.H., Kabag Ops. Polres Salatiga mewakili Kapolres Salatiga, Kompol Sairi, S.H., Kasat Lantas Polres Salatiga AKP Tri Wahyuningsih, Kepala Dinas Budaya Pariwisata Kota Salatiga Sri Danudjo dan penggiat seni di Kota Salatiga.
Drs H Sri Mulyono SH,MH kepada wartawan mengatakan, pagelaran wayang kulit ini dalam rangka tasyakuran sekaligus melestarikan budaya Jawa. Menurutnya tasyakuran adalah tradisi masyarakat menjadi salah satu bagian dari tradisi selamatan, karena dari sisi budaya, hal ini diartikan sebagai ungkapan pernyataan dirinya terhadap identitas, akar budaya, dan idealisme melalui pengalaman otentik orisinal komunitas, dimana komunitas menjadi pencipta budayanya sendiri.
“Budaya memiliki dimensi yang lebih luas lagi, karena berkaitan erat dengan dimensi sosial dalam suatu tempat,” katanya.
Sebagai sebuah ritual yang merupakan warisan dari nilai-nilai luhur budaya bangsa, tentu sudah selayaknya kalau tradisi yang begitu sakral ini dapat terus dijaga dan dilestarikan.
Saat di tanya kenapa memilih cerita dengan lakon “Gondomono”, Sri Mulyo menyampaikan, Arya Gandamana adalah putra mahkota negara Pancala. Putra Prabu Gandabayu dengan permaisuri Dewi Gandarini. Ia mempunyai kakak kandung bernama Dewi Gandawati. Arya Gandamana adalah kesatria yang tiada tandingannya. Ia berwajah tampan, gagah, tegap, pendiam, pemberani, kuat dan sakti serta memiliki ilmu andalan Aji Bandungbandawasa dan Glagah Pangantol-atol.
“Gondomono di pilih sebagai lakon dalam pagelaran wayang malam ini, saya tujukan sahabat saya (Drs Indrajit SH ) yang sudah saya anggap seperti saudara. Harapan saya, ia dalam menjalankan amanah dan tugasnya seperti putra mahkota Gondo Mono yang gagah berani,jujur dan rela berkorban serta amanah,” kata Sri Mulyono kepada harian7.com.
Lebih lanjut Sri Mulyono menyampaikan, pagelaran ini di gelar rasa keprihatinannya kepada generasi muda yang mulai tidak mengenal budayanya sendiri. Maka dengan di gelarnya pagelaran wayang kulit ini, mengajak bagi generasi penerus bangsa ini khususnya di Kota Salatiga untuk membangkitkan budaya leluhur.
“Mari kita sebagai masyarakat jawa, bersama membangkitkan budaya warisan leluhur yang sudah nyaris tenggelam. Kalau bukan kita, siapa lagi,”tuturnya.
Wakapolda Jawa Tengah Brigjen. Pol. Drs. Indrajit, S.H., mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga Sri Mulyono, selain itu Wakapolda merasa senang dengan kesenian wayang kulit serta memberikan dukungan untuk pelestarian kesenian Wayang Kulit, jangan sampai di akui oleh negara lain karena kesenian Wayang Kulit adalah asli budaya Indonesia.
“Saya berterima kasih kepada Bapak Sri Mulyono yang sudah saya anggap seperti saudara telah mengundang saya ke kediaman beliau dalam acara syukuran keluarga, tak lupa saya mengucapkan selamat ulang tahun untuk istri beliau, semoga panjang umur, sehat dan menjadi keluarga samawa,”tuturnya.
Lebih lanjut ia (Wakapolda) menyampaikan sangat mendukung atas apa yang telah diselenggarakan malam ini, karena sebagai bentuk upaya melestarikan budaya yaitu kesenian Wayang Kulit. Jangan sampai kebudayaan ini (wayang kulit) diakui oleh bangsa lain.
Saat salah satu awak media bertanya terkait Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2018, Wakapolda menjelaskan pementasan budaya seperti wayang kulit adalah sarana untuk mempersatukan seluruh elemen masyarakat.
“Terkait pemilukada Jawa Tengah, seyogyanya pementasan budaya seperti ini (wayang kulit) menjadi saran pemersatu seluruh elemen masyarakat,” pungkasnya.(M.Nur/Shodiq)
Tinggalkan Balasan