Sempat Terhenti Saat Hujan Tiba – Tiba Turun, Myths Weave Fest Sukses Gelar Serangkaian Kesenian
Penulis : Wahono
Kontributor | Temanggung
![]() |
Salah satu pengisi acara yaitu Pagelaran wayang kulit Kedu Kadung Tresno. |
TEMANGGUNG | HARIAN7.COM – Sukses gelar Myths weave fest, panitia merasa lega walaupun acara sempat terhenti sebentar karena hujan. Acara tersebut di gelar di lapangan volly desa Jragan, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung, Jumat dan Sabtu (6- 7/10/2023).
Festival yang mengangkat seni lokal diikuti oleh beberapa grup dari berbagai daerah di Temanggung, dihadiri oleh pemerintah daerah dan pemerintah desa juga di penuhi masyarakat setempat yang ingin menyaksikannya.
Menurut Ika Permata Hati, Ketua Panitia mengatakan bahwa hari pertama di gelar animo dari masyarakat sungguh luar biasa, Festival Mitos 2023 ini merupakan kerja kolaboratif lintas generasi, antara praktisi dan akademisi dan antar komunitas. Selama dua hari diisi penampilan kesenian Temanggung, termasuk kesenian rakyat yang hampir punah yaitu Blendrong.
“Dan mitos besar bagi masyarakat Temanggung, yaitu kisah Ki Ageng Makukuhan dialih wahanakan oleh para seniman Temanggung dari berbagai cabang seni. Pentas kolaborasi Ki Ageng Makukuhan mengisahkan perjalanan hidup Ki Ageng sejak lahir hingga wafatnya. Dibawakan melalui pertunjukan kolaboratif seni musik, tari, teater, dan sinden,” jelas Ika panjang lebar.
Di tengah pagelaran wayang kulit Kedu Kadung Tresno berlangsung, sempat terhenti sejenak karena hujan mengguyur, membuat penonton berlarian mencari tempat berteduh. Namun tak berapa lama setelah reda pertunjukan dimulai kembali.
Prihartini, salah satu penonton menyampaikan pertunjukan kesenian seperti ini sangat di minati oleh semua lapisan masyarakat. Khususnya di desanya, ini kali pertama ada wayang dengan dalang cilik.
“Saya beserta keluarga menyempatkan waktu untuk menonton kesenian disini, selain itu untuk menambah wawasan tentang seluk beluk Ki Ageng Makukuhan juga jadi tahu ternyata ada beragam kesenian,” ujar Prihartini.
Pagelaran ini dinilai sukses di lihat dari membludaknya penonton selama dua malam. Tidak ada kendala berarti, hanya hujan mengguyur sebentar saja namun tidak menyurutkan minat masyarakat untuk tetap menikmati sajiannya. Semakin malam, semakin banyak pengunjung berdatangan dan menyaksikan hingga pagelaran udai.
Diharapkan kegiatan semacam ini akan digelar di beberapa desa sehingga masyarakat Temanggung akan lebih mencintai kesenian miliknya bukan kesenian dari luar negeri.
Tinggalkan Balasan