HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA


Sadran Gedhe di Paseban Sunan Geseng Dalam Rangka Sambut Ramadhan, Kedepankan Among Rasa, Among Raga dan Among Budaya

Suasana saat acara Sadranan berlangsung.

Laporan: Iwan Setiawan

BANJARNEGARA,harian7.com – Ratusan warga berduyun-duyun menbawa hasil bumi ke Paseban Petilasan Sunan Geseng atau lebih dikenal Pangeran Cakra Jaya di Desa Gumelem  Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarengara, Senin (28/03/2022). 

Mereka datang dalam acara Sadran Gedhe yang dilakukan secara rutin untuk menyambut datangnya  bulan suci Ramadhan. Dengan membawa hasil bumi, makanan berupa tumpeng dan lauk pauk untuk menggelar ritual selamatan. 

Baca Juga:  Optimalisasi Tri Fungsi DPRD Kota Depok, Strategi Menuju Kinerja Unggul

Sobari ketua panita penyelenggara dalam sambutanya menceritakan bahwa tradisi Sadran Gedhe dimaksudkan untuk mendoakan arwah leluhur. Biasanya dilakukan hari Senin atau Kamis terakhir di Bulan Ruwah atau Sya’ban.

“Semoga dengan adanya Sadran besar ini kita bisa mendapatkan keberkahan. Mari kita lestarikan budaya sadran agar tidak punah dari desa Gumelem Kulon karena ini merupakan peninggalan nenek moyang terdahulu,” katanya.

Baca Juga:  Tanggap Darurat Wabah Covid-19, Dana Desa Bisa Dialokasikan Untuk Pengadaan Masker

Menurut Sobari kegiatan Sadran rutin tersebut telah didukung oleh Arif Machbub selaku  Kepala Desa Gumelem Kulon. Ini dibuktikan dengan kehadiranya di peseban Sunan Geseng.

“Bagi kami pak Kades adalah seorang pemersatu bangsa di desa Gumelem Kulon karena selain jadi kepala desa juga seorang ulama dan pemerhati seni budaya, mendengar suara gamelan dari seni Lengger Ia langsung ikut menari bersama biduan,” jelasnya.

Baca Juga:  Meriahnya Parade 102 Kendaraan Hias di Solo Meraih Rekor Dunia!

Sementara Arief Machbub di tempat sama menyampaikan bahwa, Sangat mengapresiasi warganya yang telah dilakukan sangat antusias menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan digelarnya acara Sadran Gede.

“Terkait julukan sebagai pemersatu bangsa kami hanya manusia biasa yang punya konsep untuk nguri-uri peninggalan leluhur agar tidak punah dengan mengedepankan Amung Rasa, Amung Rogo dan Among Budaya,” pungkasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!