HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA


Ritual Larung 7 Mata Air di Ngampin Kulon, Simbol Syukur dan Harapan Kesuksesan Panen

arak-arakan gunungan dalam prosesi pengambilan 7 mata air.

Laporan: Fera Marita

UNGARAN | HARIAN7.COM – Ngampin Kulon, sebuah wilayah di ujung barat Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, terkenal sebagai daerah yang kaya akan mata air alami. Terdapat lebih dari tujuh sumber mata air yang tersebar di berbagai titik wilayah ini, dan hingga kini air dari sumber-sumber tersebut masih terus mengalir deras. Mata air ini menjadi sumber kehidupan penting bagi warga Ngampin Kulon, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun pengairan sawah-sawah yang mereka garap.

Sebagai bentuk rasa syukur atas keberlimpahan air ini, warga Ngampin Kulon secara rutin mengadakan ritual Metri Dusun,  sebuah tradisi penyatuan air dari tujuh sendang (mata air). Ritual ini menjadi simbol pengharapan agar kehidupan mereka tetap sejahtera, terutama dalam hal keberhasilan hasil panen di sawah.

prosesi pelarungan 7 air suci di saluran irigasi.

Adi Suwito Supardi, Ketua Panitia Metri Dusun, menjelaskan bahwa mata air di Ngampin Kulon terdiri dari Kali Penggung, Kali Kulon, Kali Gayam, Kali Sawit, Kali Blumbang, Kali Teleng, dan Kali Soca. Semua mata air tersebut tetap terjaga kelestariannya dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan debit air. 

“Debit airnya masih stabil meski kemarau panjang melanda. Inilah yang menjadi berkah besar bagi kami, dan melalui ritual ini kami memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat ini,” ungkap Adi.

Rangkaian acara Metri Dusun dimulai seminggu sebelum puncak acara pada Sabtu (31/8/2024). Warga bersama-sama melakukan bedah kali, yakni membersihkan area sekitar mata air dan menanam pohon gayam di sekitar lokasi tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian mata air sebagai sumber utama kehidupan di desa tersebut.

Pada hari pelaksanaan ritual, lebih dari 70 warga Ngampin Kulon berkumpul di lapangan fasum (fasilitas umum) desa untuk mengikuti kirab. Kirab ini membawa simbol-simbol kesuburan dan kehidupan, termasuk gunungan sayur, gunungan padi, tujuh tumpeng, tujuh kendil (tempayan kecil), serta sesaji. Warga berarak menuju makam Kyai Karang, leluhur pendiri Ngampin Kulon, untuk melakukan doa bersama sebagai bentuk penghormatan terhadap nenek moyang.

Setelah doa di makam Kyai Karang selesai, arak-arakan warga melanjutkan prosesi pengambilan air dari tujuh sendang yang ada di Ngampin Kulon. Air dari setiap sendang ini kemudian diarak kembali ke lapangan desa. Di sana, air dari ketujuh kendil disatukan dalam sebuah bejana tanah liat besar. Air yang sudah disatukan ini kemudian dilarung ke saluran irigasi yang mengalirkan air ke sawah-sawah di sekitar desa.

Wahid Nur Cahyono, pemerhati budaya dari Ambarawa, menegaskan bahwa ritual penyatuan air dari tujuh mata air ini mengandung makna yang dalam. “Penyatuan air dari tujuh sendang menggambarkan persatuan tekad dan kekuatan kehidupan warga Ngampin Kulon. Harapannya, air ini membawa berkah agar sawah-sawah mereka terbebas dari hama dan gagal panen, serta hasil panen melimpah,” kata Wahid.

Setelah air dilarung ke saluran irigasi, bejana tanah liat tersebut dipecahkan di atas saluran sebagai bagian dari prosesi. Wahid menjelaskan bahwa pemecahan bejana ini juga memiliki makna filosofis. “Memecahkan bejana merupakan simbol penghancuran segala masalah dan rintangan dalam kehidupan, sehingga air suci dari tujuh sendang ini bisa mengalir dengan lancar ke sawah-sawah warga, membawa harapan untuk hasil panen yang lebih baik,” tambahnya.

Ritual Metri Dusun ini tak hanya menjadi bagian dari tradisi budaya Ngampin Kulon, tetapi juga simbol kuat dari kebersamaan dan doa bersama warga untuk keberkahan dan kemakmuran. Melalui tradisi ini, warga berharap agar sawah-sawah mereka terus subur dan hasil panen selalu melimpah, jauh dari bencana atau kesulitan yang mungkin mengancam.

Ritual ini menegaskan nilai kebersamaan, kepercayaan akan kekuatan alam, dan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Dengan terus melestarikan tradisi ini, warga Ngampin Kulon berharap keberkahan akan terus mengalir seperti air yang menghidupi mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!