HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA


ODE Kota Semarang dan Jawa Tengah Hilangkan Stigma Negatif Tentang Epilepsi

Perkumpulan orang dengan epilepsi (ODP) di Kota Semarang dan Jateng saat mengadakan sosialisasi penyakit epilesi. Foto (Andi Saputra/harian7.com)

SEMARANG – Perkumpulan orang dengan epilepsi (ODE) menuju terang Kota Semarang dan Jawa Tengah (Jateng) mengadakan kegiatan sosialisasi penyakit epilepsi. 

Kegiatan yang diiselenggarakan, di Jln. Mulia Tengah B no 9b, Perumahan Griya Mulya Loka, Semarang, Minggu (10/10) dihadiri Dr. Yuriz Bakhtiar Phd. Spbs ahli bedah saraf dari Rumah Sakit (RS) Kariadi Semarang dan beberapa perkumpulan orang epilepsi. 

Dr. Yuriz Bakhtiar Phd. Spbs mengatakan Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasikan ke masyarakat karena mereka memang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang epilepsi dan juga untuk pendirian camp epilepsi menuju terang. 

Baca Juga:  Ramp Check Angkutan Umum di Salatiga Jelang Nataru, Satlantas dan Dishub Pastikan Kesiapan Kendaraan

“Tujuan camp ini adalah untuk membantu orang epilepsi bahkan sebagai basecamp kalau ada acara berkumpul khususnya di wilayah Semarang dan sekitarnya, sehingga tidak memberatkan bagi orang yang terkena epilepsi harus membayar biaya penginapan,” ujarnya. 

Menurutnya, Dengan adanya basecamp tersebut punya kewajiban untuk menjelaskan serta mengedukasikan kepada masyarakat agar tahu betul supaya tidak takut dengan stigma negatif terhadap penyakit epilepsi ini. 

“Basecamp ini baru pertama kali dibentuk untuk wilayah semarang dan sekitarnya serta belum ada di tempat lain. Tujuan didirikannya adalah untuk membantu meringankan beban biaya penginapan orang dengan epilepsi yang akan berobat di Semarang atau tempat komunikasi perkumpulan ODE,” jelasnya. 

Baca Juga:  "Yayasan Sahabat Payung Merah" Siap Dampingi ODHA, ADHA dan Korban NAPZA - Sementara Fokus di Kota Salatiga

Dia menambahkan, Agar Pemerintah kedepannya bisa membantu orang yang terkena epilepsi dengan memberikan pelatihan – pelatihan usaha mandiri. 

“Yang paling penting orang terkena epilepsi ini agar bisa menjadi percaya diri terhadap penyakitnya karena penyakit ini bukan ancaman bagi mereka dan mungkin kedepannya akan membuat pelatihan – pelatihan serta menggandeng Pemerintah yang sedang dirintis agar bisa membantu supaya bisa mandiri,” ucapnya. 

Sementara itu, Elsa (27) Penderita Epilepsi menuturkan sudah mengidap epilepsi sejak usia 3tahun. Diagnosa awal hanya gagar otak, Tahun 2006 seperti orang stroke dan kemudian dibawa ke RS Telogorejo dan ternyata epilepsi. Bulan April 2006 dilakukan bedah epilepsi oleh Prof. Dr. dr. Zainal Mutaqin Ph. D,Sp. Bs

Baca Juga:  Peduli Pencegahan Covid-19, PDI Perjuangan Serahkan Bantuan APD ke RSUD Ambarawa

“Saya menempuh pendidikan formal dan bisa bekerja layaknya orang tanpa epilepsi,” ujarnya. 

Dia menuturkan, Epilepsi tidak menular dan bukan penyakit turunan. Orang dengan epilepsi (ODE) jangan dikucilkan. Lebih baik dirangkul, beri support system. 

“Saya berusaha mengedukasi serta mematahkan stigma masyarakat tentang epilepsi, bahwa epilepsi bukan penyakit mengerikan dan banyak penderita epilepsi yang sukses. Semua bisa sembuh dengan bedah epilepsi dan obat khusus epilepsi,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!