Merti Bumi Serasi Susuk Wangan di Umbul Senjoyo, Tradisi Pelestarian Alam dan Budaya Kabupaten Semarang
Laporan: Muhamad Nuraeni
UNGARAN | HARIAN7.COM – Pemerintah Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Selasa (11/2/2025) pagi, menggelar tradisi Merti Bumi Serasi Susuk Wangan di Umbul Senjoyo. Tradisi turun-temurun ini bertujuan menjaga kelestarian sumber air sekaligus sebagai rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Semarang ke-504, yang jatuh pada 15 Maret 2025.
Camat Tengaran, Sri Sulistyorini, menjelaskan bahwa Susuk Wangan merupakan bagian dari agenda besar peringatan hari jadi Kabupaten Semarang. “Acara hari ini merupakan pelaksanaan Susuk Wangan di tingkat Kecamatan Tengaran. Sebanyak 15 desa di Kecamatan Tengaran juga menggelar kegiatan serupa,” ujar Sulistyorini kepada Harian7.com usai acara.
Serangkaian Ritual Pelestarian Alam
Dalam Susuk Wangan, berbagai kegiatan dilakukan sebagai simbol pelestarian lingkungan hidup, seperti bersih-bersih sungai di sekitar Umbul Senjoyo, pelepasan burung sebagai simbol keseimbangan ekosistem, tebar bibit ikan agar ekosistem air tetap terjaga, penanaman pohon untuk menjaga sumber mata air tetap lestari.
Menurut Sulistyorini, Susuk Wangan juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat air yang diberikan kepada masyarakat. “Kegiatan ini kami gelar rutin setiap tahun sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan kelangsungan sumber mata air,” tambahnya.
Tradisi Pengambilan Air Suci
Khusus pada perayaan kali ini, dilakukan pengambilan air dari tujuh sumber mata air di Umbul Senjoyo. Air yang dikumpulkan nantinya akan disatukan dengan air dari berbagai desa lain di Kecamatan Tengaran.
“Air ini akan dibawa dalam prosesi Lung Tinampi ke kecamatan lainnya. Kami sendiri akan menerima air dari Kecamatan Kaliwungu. Selanjutnya, air dari berbagai kecamatan akan dikirabkan menuju Kecamatan Pabelan,” jelas Sulistyorini.
Makna Filosofis Susuk Wangan
Sulistyorini menegaskan bahwa Susuk Wangan bukan sekadar ritual, melainkan memiliki makna mendalam, pelestarian budaya – menghidupkan kembali kearifan lokal dalam menjaga lingkungan, pelestarian lingkungan – Menjaga kelangsungan sumber air agar tetap bermanfaat bagi masyarakat, simbol Keharmonisan Alam – Dengan melepaskan burung, menebar ikan, dan menanam pohon, masyarakat diingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
“Air Perwita Suci dari 15 kecamatan dan 208 desa akan dikumpulkan di Kabupaten Semarang untuk digunakan dalam ritual Jamasan Pusaka di Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang,” ungkapnya.
Jamasan Pusaka Warisan Ki Ageng Pandanaran
Informasi dihimpun harian7.com, sebagai bagian dari peringatan Hari Jadi Kabupaten Semarang, prosesi jamasan pusaka akan dilakukan menggunakan air Perwita Suci. Enam pusaka peninggalan Ki Ageng Pandanaran, yang diwariskan sejak era Pajajaran dan Majapahit, akan dijamas, di antaranya, Tombak Lurus, Dua Tombak Trisula, Dua Duwung Luk 9, Duwung Luk 7.(*)
Tinggalkan Balasan