Mengenal Lebih Dekat 4 Rangkaian Hari Suci Nyepi
Romo Wiku Satya Darma Telaga. (Foto: Dokumen harian7.com/Fera Marita) |
Laporan: Fera Marita
Feature, harian7.com – Hari Suci Nyepi tahun saka 1944 jatuh tepat di hari ini, Kamis ( 03/03/22 ). Seluruh umat Hindu di Indonesia saat ini sedang melaksanakan tapa, brata, yoga, samadhi di kediamannya masing-masing.
Dalam perayaan Nyepi ada 4 prosesi yang harus dilaksanakan oleh umat Hindu yaitu Melasti, Tawur, saat Nyepi dan Ngembak Geni.
“Melasti dilakukan sebelum Nyepi yang dimaksudkan sebagai penyucian antara Bhuwa Agung dan Buwana Alit ( diri sendiri ). Melasti biasanya dilakukan di laut dengan tujuan mencari Tirtha Amerta ring Telengin Segara,”ungkap Romo Wiku Satya Darma Telaga kepada harian7.com, Kamis, (3/3/2022).
Romo Wiku menjelaskan bahwa Bhuwa Agung terdiri Alam Bawah (Bhur) yaitu alamnya makhluk hidup, Alam Tengah (Bvah) yaitu alamnya para Leluhur, dan Alam Atas (Svah) yaitu alamnya Dewa-Dewi. Ketiga alam ini disucikan saat Melasti dengan Tirha Amerta.
Sama halnya dalam Bhuwa Agung, dalam Buwana Alit ( diri sendiri ) pun terdapat Alam Bawah di Kaki ( Bumi Sangkala), Alam Tengah di Badan (Chandra Sangkala), dan Alam Atas di Kepala (Surya Sangkala), dan ketiganha juga disucikan saat Melasti.
“Pensucian Diri Sendiri sebaiknya dilakukan dengan melakukan mandi suci (Saucam) langsung di laut. Dengan sucinya ketiga alam yang ada di dalam diri sendiri ditambah mendapatkan anugrah Tirtha Amerta, diharapkan diri kita menjadi suci laksana Hati menjadi Tantra, sebagai sumber kekuatan yang ada di dalam diri sendiri. Tubuh laksana Yantra, sebagai sumbul Yadnya dan Nafas laksana Mantra untuk membangkitkan kekuatan, kesadaran, dan spiritual yang ada di dalam diri sendiri, ” imbuh Romo Wiku.
Prosesi yang kedua adalah Tawur yang dilaksanakan sehari sebelum Nyepi. Tujuannya untuk mengubah sifat para bhuta (Bhuto Yo) menjadi sifat dewa (Dewo Yo), sehingga tidak mengganggu umat saat melakukan Tapa, Brata, Yoga-Samadhi saat Nyepi.
“Saat Nyepi, kita melakukan 3 hal yang disebut Tapa, yaitu mengendalikan diri dengan tidak melakukan aktivitas kerja (Amati Karya), tidak bepergian (Amati Lelungan), tidak menghibur diri (Amati Lelanguan), dan tidak menyalakan api (Amati Geni).
Lalu Brata, yaitu berpuasa selama 24 jam dari pukul 06.00 – esok harinya pukul 06.00.
Dan terakhir adalah Yoga Samadhi yaitu Sembahyang, japa, dan meditasi, ” papar Romo Wiku.
Prosesi Nyepi yang terakhir adalah Ngembak Geni yang merupakan prosesi Sima Krama yaitu anak minta maaf kepada orang tua, saling maaf memaafkan sesama keluarga, sesama teman dan sahabat, dan masyarakat, agar tidak ada lagi ada rasa tidak baik dengan sesama. Melepaskan rasa tidak baik itu akan memperlancar perjalanan sang Atman di Alam Kematian.
“Bila sukses melaksanakan rangkaian Hari Suci Nyepi berarti kita sukses menjalankan Ajaran Tri Hita Karana, akan terjadi keharmonisan yaitu harmonis antara sesama, harmonis antara manusia dengan lingkungan, dan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Hyang Widhi/Brahman/Narayana), Dewa-Dewi, dan Leluhur, ” pungkas Romo Wiku.
Tinggalkan Balasan