Manfaatkan Potensi Desa, Kuliner Daringan Desa Kesongo Kab Semarang Beromset Ratusan Juta
![]() |
Kepala Desa Kesongo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Supriyadi. (Foto : Andi Saputra/harian7.com). |
UNGARAN | HARIAN7.COM – Pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan ekonomi secara global. Tidak terkecuali ekonomi masyarakat Desa Kesongo. Banyak warga yang sudah bekerja di berbagai perusahaan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Ditambah lagi dengan angkatan kerja baru yang belum mendapat pekerjaan. Angka pengangguran terus meningkat secara drastis.
Kepala Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, Supriyadi mengatakan, bahwa jika hal ini dibiarkan, maka angka kemiskinan akan terus meningkat. Harus dicarikan solusi yang tepat untuk mengangkat kembali perekonomian masyarakat pasca pandemi.
“Pada awal opening terjadi buming. Mungkin karena selama hampir dua tahun masyarakat terkungkung di rumah akibat pandemi. Omsetnya luar biasa. Pada tiga bulan awal omsetnya bisa mencapai ratusan juta rupiah,” ujarnya, kepada Harian7.com saat ditemui di kantor desa Kesongo, Rabu (8/11/2023).
Menurutnya, Dengan memanfaatkan potensi desa, Pemerintah Desa Kesongo melalui Badan Usaha Milik Desa, membangun Pusat Kuliner Daringan Kesongo yang dapat menampung produk UMKM dari warganya. Nama Daringan itu sendiri mengambil nama lokal. Nama sumber mata air yang berada tidak jauh dari lokasi di tepi Rawapening. Pusat kuliner ini dibuka pada pertengahan Agustus tahun 2021. Hingga saat ini sudah lebih dari dua tahun beroperasi. Dikelola Bumdes Bangun Jaya Kesongo.
“Pada awal dibuka, kondisi pusat kuliner itu sendiri masih banyak fasilitas yang kurang. Tentunya sebagian keuntungan yang didapat untuk melengkapi fasilitas yang ada. Seperti musholla, kamar mandi, taman, spot-spot foto, penabgkal petir, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Sekalipun demikian masih disisakan juga sebagian keuntungan yang diperoleh untuk mengembalikan penyertaan modal masyarakat. Selebihnya diserahkan kepada pemerintah desa sebagai pendapatan asli desa yang dimasukkan dalam APBDes,” jelasnya.
“Akhir-akhir ini memang terjadi penurunan omset yang cukup signifikan. Diperkirakan karena banyak pelaku kegiatan ekonomi serupa, sehingga terjadi kompetisi yang semakin ketat. Juga karena aksesnya yang agak sulit dijangkau. Untuk menuju lokasi, harus masuk kampung dan tepian sawah melalui jalan yang cukup sempit. Tidak bisa untuk simpangan mobil,” ucapnya.
Supriyadi menuturkan, untuk Pusat Kuliner Daringan sendiri yang dijual adalah makanan jadi produk dari warga Desa Kesongo. pada awal-awal dibuka bisa menampung lebih dari 50 produk warga yang dapat ditampung di situ. Seiring penurunan jumlah pengunjung, sekarang menyusut tinggal beberapa.
“Tidak masalah. Naik-turun dalam dunia usaha itu wajar. Ini sebagai pembelajaran. Ke depan akan terus kita lakukan inovasi-inovasi lagi untuk mengembalikan kondisi seperti semula. Bumdes akan terus berusaha menambah wahana-wahana baru. Play ground, sarana outbond, camping ground, dan wahana lainnya. Sebagian sudah terealisasi. Bahkan sudah ada kelompok remaja yang memanfaatkan Daringan ini untuk berkemah. Sementara itu pemerintah desa juga mengalokasikan sebagian dana desanya untuk pelebaran dan perbaikan jalan menuju lokasi,” ujarnya.
Tahun 2024 nanti, lanjutnya, pusat kuliner ini akan diintegrasikan pula dengan destinasi wisata lainnya. Terutama wisata edukasi. Pegolahan sampah di TPS3R yang diintegrasikan dengan Integrated Farming, Wisata Budaya dan Craft. Sasarannya adalah para pelajar. Dari TK, SD, SMP, sampai SMA. Tidak tertutup kemungkinan peguruan tinggi, instansi-instansi, dan kelompok-kelompok masyarakat.
“Juga akan dipaketkan dengan semacam workshop kerajinan enceng gondok, seperti yang selama ini sudah berjalan. Seperti diketahui bahwa di Kesongo ada pelaku usaha ekonomi kreatif yang dikelola oleh Bengok Craft yang sudah mampu mengekspor kerajinan enceng gondok ini ke berbagai negara,” katanya.
Supriyadi menambahkan, bahwa saat ini pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan menerapkan kurikulum merdeka bagi sekolah-sekolah. Salah satu kegiatan belajar dalam penerapan kurikulum merdeka ini adalah pembelajaran di luar kelas. Outdoor learning.
“Kami akan membantu memfasilitasinya, dengan memanfaatkan potensi yang ada di desa kami. Silakan berkunjung ke desa kami. Kesongo. Belajar tentang pengelolaan sampah, lingkungan hidup, pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan, termasuk budaya tradisional. Sambil menikmati panorama alam yang sangat eksotis dan menyantap makanan tradisional. Awal tahun 2024 nanti insha Allah akan launching. Doakan,” pungkasnya.
Penulis : Andi Saputra
Editor : Sodiq
Tinggalkan Balasan