HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Karnaval Budaya Desa Ketanggung: Tradisi Baru yang Mengundang Tanya

Laporan: Muhamad Nuraeni

NGAWI | HARIAN7.COM – Tradisi Bersih Desa yang Berubah Wajah. Desa Ketanggung, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, memberikan sentuhan baru dalam perayaan tradisi bersih desa, Minggu (1/12/2024).

Jika biasanya dirayakan dengan pagelaran wayang kulit, tahun ini kegiatan tersebut diganti dengan pawai karnaval budaya. Penyelenggaraan acara ini dikoordinasikan oleh Karang Taruna Desa Ketanggung.

Karnaval dimulai dari Dusun Ngemplak RT 04/03, melintasi Jalan Raya Mantingan-Sine, dan berakhir di Lapangan Desa Ketanggung. Sebanyak 11 RT dari total 15 RT di desa tersebut turut memeriahkan acara. Namun, empat RT di Dusun Ngemplak absen, yaitu RT 03, RT 04, RT 05, dan RT 06.

Kepala Desa Jelaskan Perubahan Konsep

Kepala Desa Ketanggung, Sri Joko, menjelaskan bahwa perubahan konsep dari wayang kulit ke karnaval ini bertujuan untuk memberikan variasi sekaligus melibatkan lebih banyak pihak. “Anggaran sebesar 15 juta rupiah dari dana desa digunakan untuk acara ini, dan pelaksanaannya diserahkan kepada Karang Taruna Desa Ketanggung,” ungkapnya saat diwawancarai di lokasi kegiatan.

Ketua Panitia Ungkap Kendala Pelaksanaan

Ketua panitia, Andri, menyebut bahwa meski acara berlangsung lancar, ada beberapa kendala yang mengemuka. “Kami awalnya mengajukan anggaran 20 juta rupiah, tetapi yang disetujui hanya 15 juta, dan dana yang cair baru 12 juta. Hal ini memengaruhi kelancaran persiapan,” ujarnya.

Andri juga menyoroti kurangnya sosialisasi yang menyebabkan acara sepi pengunjung. “Sebagai pelaksana, kami merasa kegiatan ini kurang melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga beberapa ketua RT dan kepala dusun yang bahkan tidak tahu jadwal kegiatan ini. Padahal, acara bersih desa seharusnya menjadi momentum sakral dan melibatkan seluruh elemen masyarakat,” tambahnya.

Baca Juga:  Dari Masa ke Masa: Jejak Singkat yang Mendunia, Sejarah Panjang di Balik Kata "OK"

Karnaval budaya ini menjadi cerminan upaya inovasi dalam melestarikan tradisi, meski masih menyisakan pekerjaan rumah berupa koordinasi dan komunikasi yang lebih baik di masa mendatang.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!