Jajaran Polda Jateng Tanam Jagung Seluas 475 Hektare
![]() |
Kegiatan ketahanan pangan jajaran Polda Jateng dan Stakeholder di Lahan Perhutani Petak 49 Njragung, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Selasa (24/1). Foto : (Andi Saputra/harian7.com). |
UNGARAN | HARIAN7.COM – Untuk mendukung ketahanan pangan, Kapolda Jateng Irjen Ahmad Lutfi, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjend TNI Widi beserta instansi terkait melaksanakan penanaman dan panen jagung bersama, di Desa Candirejo Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Selasa (24/01).
Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi mengatakan, kegiatan penanaman untuk penguatan pangan itu dilakukan serentak seluruh jajaran di Polda Jateng. Totalnya ada sekitar 475 hektare di seluruh wilayah Jawa Tengah. Khusus untuk wilayah Ungaran, Kabupaten Semarang, ada sekitar 15,5 hektare yang ditanami jagung
“Jajaran se-Jateng bersama-sama hari ini 475 hektare. Kegiatan ini untuk memberikan kontribusi penguatan pangan untuk masyarakat kita di wilayah Jawa Tengah. Semoga ini menjadi titik balik untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, Kontribusi penguatan pangan yang dilakukan ini bisa memberikan dampak yang baik kepada masyarakat khususnya di wilayah Desa. Dirinya juga memerintahkan seluruh Kapolsek, Kasatreskrim dan Kapolres untuk terus melanjutkan agar program ketahanan pangan ini selalu berjalan.
Dia menuturkan, Kapolres, Kapolsek dan yang juga berjalan itu para Kasatreskrim jadi nanti akan mencari tempat yang bisa kita lakukan kegiatan tersebut.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Gubernur, Pangdam, Perhutani dan Kejati yang telah memberikan sarana ini semoga ini menjadi titik balik dalam memberikan yang terbaik kepada masyarakat kita,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menuturkan, penanaman pohon penahan air penting agar tanah pada daerah tinggi dan kemiringan tinggi, tidak longsor maupun menyebabkan banjir.
“Umpama daerah dengan kemiringan yang tinggi harus ditahan betul, seperti pohon yang sudah ditebang itu akarnya jangan dicabut, karena itu cukup bisa menahan air hingga nanti penanaman dari Perhutani berikutnya. Nah di sela-sela itulah, silakan ditanami. Maka kita mesti juga menjaga alamnya, agar kemudian tidak terjadi banjir,” ujarnya.
Dia menambahkan, Lantaran sebelumnya pemanfaatan kawasan hutan milik perhutani untuk lahan pertanian di wilayah Kendeng, tidak memperhatikan persentase tegakan atau pohon penahan air. Hampir 90 persen lahan hanya ditanami jagung, tanpa ada tumbuhan keras.
“Saya ingatkan itu karena sudah terjadi di Pati dan Grobogan (pegunungan Kendeng, red). Sehingga kemarin waktu hujan terjadi banjir dan longsor. Untuk petani yang kemarin terdampak bencana, kita sudah punya mekanisme untuk me-recover. Pemerintah ada benih yang bisa dibagikan, lalu ada juga asuransi petani untuk kerugian,” pungkasnya. (Andi Saputra)
Tinggalkan Balasan