HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Gelar Sedekah Dusun dan Haul Tumenggung Mayang, Warga Kebonan Berharap Wong Jawa Ojo Nganti Ilang Jawane

Prosesi pembersihan kijing Tumenggung Mayang

Laporan: Fera Marita

UNGARAN | HARIAN7.COM – Ratusan warga berbaju lurik mengikuti arak-arakan yang diadakan untuk memperingati Haul Tumenggung Mayang sekaligus sedekah bumi pada Minggu ( 25/2/04 ) di Dusun Kebonan Desa Randugunting Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 

Selain warga Kebonan, belasan utusan dari Yayasan Keraton Kasultanan Pajang juga nampak menghadiri prosesi Haul Tumenggung Mayang yang merupakan cikal bakal Dusun Kebonan. 

Tumenggung Mayang sendiri merupakan salah satu Tumenggung pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Kasultanan Pajang pada tahun 1566 M. Beliau adalah Tumenggung yang sangat dekat dengan Sultan Hadiwijaya. Beliau memiliki seorang putra yang sangat tampan bernama Raden Pabelan. 

Namun sayangnya Raden Pabelan memiliki sifat yang tidak bagus, yaitu suka bermain perempuan. Bahkan putri dari Sultan Hadiwijaya pun berhasil dibujuk rayu oleh Raden Pabelan. 

Warga berebut gunungan.

Namun sayang, perbuatan Raden Pabelan tersebut berhasil diketahui oleh Sultan Hadiwijaya yang mengakibatkan dijatuhkannya hukuman mati terhadap Raden Pabelan dan sang tuan putri. 

Tak hanya sampai disitu, Tumenggung Mayang pun tak luput dari hukuman sang Sultan. Beliau dijatuhi hukuman diasingkan ke daerah Semarang. 

Dalam pengasingannya, beliau dikawal oleh prajurit pilihan Kasultanan Pajang. Disaat yang sama, istri Tumenggung Mayang yang merupakan adik dari Panembahan Senopati dari Kerajaan Mataram, berkirim kabar dan meminta pertolongan kepada Panembahan Senopati untuk menyelamatkan Tumenggung Mayang. 

Alhasil dikirimkanlah sejumlah prajurit terbaik untuk menyelamatkan Tumenggung Mayang serta membawanya ke Kerajaan Mataram. 

Sesampainya di hutan Jatijajar Kebonan inilah rombongan Tumenggung Mayang bertemu dengan prajurit dari Mataram hingga terjadilah pertempuran sengit antara prajurit Pajang dan Mataram yang mengakibatkan banyaknya prajurit yang gugur di antara kedua belah pihak. 

Baca Juga:  Jelang Lebaran 2018, PDAM Berikan Santunan Senilai Rp 49,192 Juta

Tumenggung Mayang yang menyaksikan hal tersebut pun memerintahkan kepada kedua belah pihak untuk menghentikan pertempuran. 

Beliau memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke Semarang ataupun ikut ke Mataram. Tumenggung Mayang memilih untuk menetap di hutan Jatijajar dan mengajak semua prajurit yang tersisa untuk tinggal bersamanya. 

Pada akhirnya dibuka lah Dusun Kebonan tersebut, tempat dimana Tumenggung Mayang menetap dan menghabiskan sisa hidupnya untuk menyiarkan agama hingga akhirnya dikebumikan di area Sentono Kebonan. 

Itulah sekelumit kisah tentang asal usul Dusun Kebonan yang dipaparkan oleh Kadus Kebonan, Yuli Widodo, kepada harian7 disela-sela prosesi Haul Tumenggung Mayang. 

Yuli menambahkan jika prosesi Haul Tumenggung Mayang yang digelar setiap tahunnya ini tak hanya bertujuan untuk mengenang leluhur Dusun Kebonan, tetapi juga mengajak warga khususnya generasi muda untuk nguri uri budaya serta kearifan lokal yang ada. 

“Jowo itu kan maknanya luas sekali. Sejarah, tradisi dan lain sebagainya juga banyak sekali. Oleh karena itu kita selalu bercita-cita jangan sampai kita ilang Jawane. Kita perlu menjaga itu dengan kegiatan-kegiatan seperti ini. Kegiatan Haul dan sedekah Dusun ini juga bertujuan agar kita sebagai wong Jawa ojo ilang jawane,”papar Yuli. 

Diakui oleh Yuli Widodo bahwa animo anak-anak muda Dusun Kebonan sangat luar biasa dalam menyambut dan mempersiapkan acara tersebut. 

“Mereka latihan untuk acara ini. Dari situ mereka jadi tahu orang Jawa itu seperti apa. Cara membawa tombak itu seperti apa. Membawa baki itu gimana. Terus apa yang mereka bawa, mereka akhirnya jadi tahu dari pembelajaran yang langsung dipraktekkan juga,”imbuh Yuli. 

Yuli juga mengatakan bahwa acara ini harus terus berjalan secara turun temurun agar setiap anak cucu warga Kebonan selalu mengingat tentang leluhurnya, serta tradisi budaya Jawa. Agar mereka sebagai orang Jawa tidak ilang Jawane.

Baca Juga:  Lecehkan Siswanya, Dua Guru SD Ditetapkan Tersangka

“Wong Jawa ojo nganti ilang Jawane,” pungkas Yuli. 

Acara Haul dan sedekah Dusun sendiri diawali dengan prosesi pengambilan air Tirta Agung, dilanjutkan dengan arak-arakan menuju komplek pemakaman Sentono Kebonan. 

Sesampainya di Sentono Kebonan tempat dimana Tumenggung Mayang dikebumikan, prosesi dilanjutkan dengan ritual pembersihan kijing dan penggantian penutup kijing makam Tumenggung Mayang. 

Setelah doa dan makan bersama acara ditutup dengan grebeg gunungan. Ada 3 gunungan yang siap diperebutkan oleh warga yang hadir di Sentono Kebonan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. 

Uniknya dari acara ini adalah ada pemaparan tentang sejarah Tumenggung Mayang sehingga warga senantiasa diingatkan tentang leluhur mereka. Dengan kata lain agar mereka selalu mengingat leluhur serta tradisi yang ada supaya mereka sebagai orang Jawa tidak hilang Jawane. (*)

Streming TV Tonton Dibawah Ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!