Buntut Perseteruan Kak Seto – Arist Merdeka Sirait, Ketua LPAI Jateng: Saya turut prihatin, akhiri itu dan ayo saling rangkul
![]() |
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Jawa Tengah, Samsul Ridwan. |
Laporan: Bang Nur
SEMARANG,harian7.com – Dalam sepekan ini hampir semua media di tanah air memberitakan terkait dengan silang pendapat antara Prof.Dr. Seto Mulyadi atau yang akrab dipanggil kak Seto dengan Arist Merdeka Sirait atau akrab dipanggil bang Arist.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Jawa Tengah, Samsul Ridwan, Jumat (15/7/2022) mengatakan, secara pribadi lebih dari 15 tahun dengan mereka berdua, Prof.Dr. Seto Mulyadi dan Arist Merdeka Sirait.
“Saya dekat dengan beliau berdua, dan bahkan dengan keduanya saya pernah mendampinginya masing-masing saat saya mengemban amanah sebagai Sekretaris Jenderal (sekjen) baik di Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) dan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI),”katanya.
Karena cukup lama bersama dalam berbagai aktivitas dengan kedua sahabat tersebut, lanjut Samsul, maka secara pribadi saya banyak mengetahui karakter, keunggulan dan bahkan kekurangan masing-masing yang mungkin publik tidak banyak mengetahuinya.
“Terus terang saat ini saya prihatin saat mencermati di berbagai pemberitaan media terkait paska keduanya menghadiri sidang di PN malang kemarin,”ungkapnya.
Samsul menambahkan, kedua shahabat saya tersebut hadir dalam acara meskipun di hari dan waktu berbeda, dan akhirnya memunculkan kesan konflik tajam yang seakan akan hal tersebut benar terjadi. Di beberapa statemen terdapat narasi menyudutkan.
“Saya sungguh menyayangkan, mengapa hal tersebut terjadi ? Apakah tidak sebaiknya dicari jalan keluar secara bersama, bertemu ibarat (kakak-adek) seperti dulu-dulu,”terangnya.
Samsul mandaskan, Ingat… kita tidak akan pernah bisa menyelesaikan persoalan anak di republik ini secara parsial apalagi individual. Kita bukanlah super hero. Kita perlu kebersamaan dan banyak mitra.
“Andaipun ada perasaan dan cara pandang berbeda, bukankan lebih baik diselesaikan secara lebih arif, menahan diri untuk tidak mudah mengumbar pernyataan keluar terbuka yang pasti akan dipersepsikan oleh publik secara beragam dan bahkan membingungkan,”tandasnya.
Bukankah jika kita saling ribut, saling sudut maka para predator anak akan riuh bertepuk tangan dan mereka tertawa terbahak-bahak?
“Ayo saling merangkul, tahan kata, jangan lagi saling memukul.”
“Damaikan hati, damaikan jiwa, raih mimpi bersama wujudkan Indonesia Ramah Anak.”
“Salam dari shahabat yang saat ini tinggal di Kampoeng,”pungkas pria yang juga pernah menjabat Sekjen Komisi Nasional Perlindungan Anak.(*)
Tinggalkan Balasan